SISKA KU INTIP, Bentengi Kalsel dari Krisis Pangan dan Wabah

by admin
0 comment 3 minutes read

Jakarta, BARITOPOST.CO.ID – Program Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (SISKA KU INTIP) menjadi salah satu bagian dari strategi pemerintah dalam mengantisipasi kerawanan pangan dan wabah penyakit ternak.

Program dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yakni Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi (Disbunnak) itu mendapat apresiasi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian RI karena programnya berdampak luas untuk memenuhi kebutuhan daerah lain serta meningkatkan pendapatan petani dalam bentuk kemitraan.

Direktur Pakan Ditjen PKH Kementerian Pertanian, Nur Saptahidhayat menyatakan komitmennya untuk mendukung Program SISKA KU INTIP sesuai kebutuhannya.

“Untuk Program SISKA KU INTIP, bantuan yang diberikan bisa berupa peralatan, gudang pakan dan sebagainya. Artinya bentuk bantuan yang diberikan adalah yang lebih dibutuhkan, sehingga memberikan manfaat, semakin tertata dan terorganisir,” ujarnya kepada wartawan usai menerima kunjungan Press Room Pemprov Kalsel dipimpin Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan, Suparmi dan Kepala Biro Administrasi Pimpinan, Barkatullah di Ruang Rapat Ditjen PKH Kementerian Pertanian RI, Senin (26/9/2022).

Menurutnya, Program SISKA KU INTIP selaras dengan program SISKA (Sistem Integrasi Kelapa Sawit) dari Kementan RI. Seperti halnya SISKA, SISKA KU INTIP dari Pemprov Kalsel bertujuan untuk menambah atau memacu populasi sapi sehingga kebutuhan daerah terpenuhi dan tidak terpengaruh jika terjadi krisis di luar negeri.

“Dalam rangka menghadapi rawan pangan, kita harus membuat sistem peternakan dari hulu ke hilir. Kita buat peternakan dengan dikembangkan dan dipasarkan di dalam negeri, sehingga jika ada goncangan di luar negeri, kita bisa bertahan, minimal  swasembada skala kecil dulu,” ujar Nur Saptahidhayat.

Nur Saptahidhayat melihat, SISKA KU INTIP dapat menjadi percontohan provinsi lain.

“Provinsi Riau dan Bengkulu  tertarik untuk mempelajari program ini, sebab ada peran masyarakat dalam pengembangan ternak sapi. Dengan total luas perkebunan sawit di Indonesia seluas 16 juta hektare, jika 50 persennya dikembangkan program ini, kami yakin Indonesia mampu berswasembada sapi potong,” urainya.

Sementara itu, Kepala Disbunnak Kalsel, Suparmi mengungkapkan, Kalsel perlu dukungan dari pemerintah pusat karena program SISKA KU INTIP menjadi unggulan Kalsel melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 053 Tahun 2021 untuk percepatan swasembada sapi potong.

“Kita memang minta dukungan penuh untuk SISKA KU INTIP ini, karena merupakan program unggulan Pemprov Kalsel dengan dukungan Bapak Gubernur Sahbirin Noor,” jelasnya.

Suparmi mengungkapkan, saat ini ditargetkan seluruh perkebunan besar swasta (PBS) sawit mengimplementasikan SISKA KU INTIP.

Sejak Program SISKA KU INTIP diluncurkan tahun Tahun 2021, ada delapan perusahaan perkebunan kelapa sawit menandatangani perjanjian kerja sama. Tahun 2022, perjanjian kerjasama dilaksanakan Pemprov Kalsel melalui grup besar perusahaan kelapa sawit.

Suparmi mencontohkan, satu grup PT Sinar Mas memiliki empat perusahaan, maka otomatis semua perusahaan dalam grupnya melaksanakan Program SISKA KUINTIP.

“Di Kalsel ada 17 grup perkebunan kelapa sawit dan non grup. Target kita, semua perusahaan kelapa sawit sudah menandatangani kerjasama implementasi SISKA KU INTIP secara bertahap. Tahun ini, target penerapan SISKA KU INTIP di sepuluh klaster,” terang Suparmi.

Selain APBD, dukungan untuk SISKA KU INTIP berasal dari pemerintah Australia, CSR perusahaan dan perbankan dan terbuka bagi perusahaan non kelapa sawit untuk menyalurkan CSR-nya.

Lebih lanjut Suparmi juga memaparkan keunggulan SISKA KU INTIP dari segi kesehatan ternak. Ketika terjadi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) beberapa bulan yang lalu, tukasnya, SISKA KU INTIP menjadi salah satu solusinya.

“Hal itu karena pemeliharaan sapi di kebun sawit ada barrier alam. Ternak yang dipelihara di perkebunan kelapa sawit aman. Ketika terjadi pembatasan lalu lintas ternak dari daerah dengan zona merah dan kuning, SISKA KUINTIP juga menjadi salah satu solusi  untuk pemenuhan ketahanan pangan di  wilayah masing-masing,” paparnya.

Dengan luas lahan perkebunan lebih dari 500 hektare, 89 unit perusahaan sawit dan 46 unit pabrik kelapa sawit, Suparmi optimis, Kalsel dapat memenuhi kebutuhan sapi potong Kalsel 52 ribu ekor per tahun yang saat ini terpenuhi 50 ribu ekor.

“Tujuan akhir dari SISKA KU INTIP ini adalah Kalsel  bukan hanya menjadi swasembada, namun juga menjadi penyangga dengan memenuhi kebutuhan untuk ibu kota negara di waktu yang akan datang dan provinsi lainnya,” jelasnya.

Penulis : Cynthia
Editor    : Sophan Sopiandi

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment