Masih Pandemi Covid, Tapi Harga Karet Kalsel Tinggi 

by baritopost.co.id
0 comment 2 minutes read

Banjarbaru, BARITO – Harga komoditi karet di Kalimantan Selatan kini tergolong tinggi. Bahkan, pada bulan Oktober lalu merupakan puncak kenaikan harga karet hingga mencapai Rp 19.500 per kilogram

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Kadisbunak) Provinsi Kalsel, Hj Suparmi mengatakan, saat ini harga karet sudah normal sejak bulan Agustus dan September.

Hal itu salah satunya karena Cina sebagai negara tujuan ekspor terbesar telah berhasil mengendalikan Covid-19 dan pulih perekonomiannya.

“Puncak kenaikan harga karet terjadi pada Bulan Oktober yakni tembus diatas Rp 19.500 per kilogram untuk kadar karet kering atau  K3 100 persen. Kalau K3 yang dihasilkan UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar, red)rata-rata maksimal sampai 70 persen dengan harga tertinggi menyentuh harga Rp 13.000,” ujarnya di ruang kerjanya, Senin (16/11/2020).

Suparmi mengungkapkan, harga karet sempat anjlok di harga Rp 5000 per kilogram bokar. Hal itu terjadi di awal pandemi Covid-19 pada bulan Maret. Pada saat itu  Cina menghentikan impor karet sehingga harganya pun berada pada level sangat rendah.

Agar petani karet tetap dapat menjual karetnya, maka gubernur menghimbau agar pabrik karet tidak melakukan penutupan total. Pabrik karet masih buka meski dengan sistem buka-tutup atau sehari melakukan pembelian karet ke petani, sehari tidak.

“Upaya ini dilakulan supaya petani karet jangan sampai tidak laku karetnya.

Meski harganya turun, tetapi tetap bisa dijual untuk keberlangsungan kehidupan petani karet dan Alhamdulillah himbauan untuk tidak menutup pabrik, dipatuhi oleh perusahaan dibawah GAPKINDO Kalselteng,” jelasnya.

Lebih lanjut Suparmi mengungkapkan, meski pandemi Covid-19 belum berakhir,  tetapi ekonomi harus tetap berjalan. Artinya, Kalsel harus mengendalikan pandemi sekaligus membangkitkan ekonomi.

“Sub sektor perkebunan termasuk yang stabil khususnya pertanian secara umum, termasuk perkebunan dan peternakan, meskipun ada turun naik tetapi jalan terus,” jelasnya.

Pada bagian lain, Suparmi mengatakan, bahwa karet merupakan komoditas perkebunan unggulan Kalsel selain kelapa sawit.

Jumlah luas areal karet di Kalsel saat ini mencapai 270.825  hektar dengan produksi karet 194.930 kilogram/tahun dan produktivitas sebesar 1.031 kilogram/tahun.

“Disbunak Kalsel mendorong peningkatan produksi dan produktivitas melalui kegiatan peremajaan karet dengan dana dari APBN, APBD provinsi dan kabupaten sentra karet. Tahun 2021, kegiatan kami  selain peremajaan, juga mendorong pengolahan dan pemasaran melalui pembentukan UPPB,” urainya.

Pembentukan UPPB ditargetkan mencapai  650  unit se-Kalsel pada tahun 2024.

Pada tahun 2021, ditargetkan terbentuk 100 UPPB. Saat ini, sudah terbentuk 151 UPPB di Kalsel.

“Penekanan kita lebih kepada peningkatan mutu dan pemasaran. Melalui UPPB, kita dorong petani karet menjual langsung ke pabrik, sehingga tidak menjual karet melalui tengkulak,” tegasnya.

Penulis: Cynthia

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment