Imam Sang Penemu Formula Sistem CHC, Air Payau Jadi Layak Konsumsi

by baritopost.co.id
0 comment 4 minutes read

Pelaihari,BARITO – Air menjadi kebutuhuan paling mendasar bagi kehidupan, namun bagaimana jadinya jika air tersebut tidak sehat atau tidak layak untuk dikonsumi manusia. Sebuah formula untuk menjadikan air payau atau bahkan air laut pun telah ditemukan oleh H.Imam warga Banjarbaru yang pernah menepat di Pelaihari ini, dimana hasil risetnya telah membawa bukti nyata kalau air payau atau asin itu dapat dikonsumsi manusia.

Hasil risetnya bahkan telah diaktualisasikan ke Desa Swarangan Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel sebagai perkampungan pesisir yang diakui kesulitan dalam mendapatkan air bersih layaknya air PDAM.

Tidak main-main, formula yang ia ciptakan dengan mengambil sampel air di Desa Swarangan itu kemudian memasukan formulanya, maka hasilnya memang layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan tubuh manusia. Hal itu juga dikuatkan dari hasil uji lab dari PDAM Intan Kabupaten Banjar nomor F.31/Rev 01/1-02-2013 tertanggal 3 Desember 2020 lalu.

Dari hasil uji lab sampel air di Desa Swarangan menunjukan warna air kuning, tingkat kekeruhan (Turbidity) mencapai 14,7. Kandungan PH yang tinggi mencapai 5,70, kandungan besi 4,26 yang seharusnya normal berada di 0,3. Maka dengan memasukan formula, hasil uji lab ke 2 warna air sudah jernih, kekeruhan 0,03 dan kandungan besi 0,00.

Apa formula sistem CHC yang telah ditemukan Imam itu ?

Sejak tiga tahun lalu telah melakukan riset bersama profesor dari Singapura dan Institut Teknologi Bandung (ITB) terhadap pengolahan air payau menjadi air layak konsumsi. Caranya melalui sistem CHC (Charcoal Hihg Carbon). Bahan-bahan herbal seperti kayu-kayuan hutan tropis banyak ditemukan Kalsel. Membuat karbon aktif inilah yang menjadi salah satu bahan alami penjernih dan penetralisasi air payau dan air asam, ujar Imam.

“Karbon aktif dan beberapa bahan alami lainnya telah terbukti bisa menetralisasi air payau menjadi higienis dan bahkan bisa langsung diminum,”ungkap Imam.

Ia menambahkan, sementara di Kabupaten Tanah Laut yang telah menggunakan formula ini pada Desa Swarangan. Dan pada Desa Swarangan sendiri tengah dipersiapkan sarana pendukung seperti perpipaan, water pump, dan pondasi tandon air maupun sarana penunjang lainnya.

“Langkah ini semata-mata untuk membantu masyarakat pesisir dan lainnya akan kesulitan air bersih yang belum tersentuh PDAM dikarenakan jarak yang jauh. Bersama Pemerintah Desa Swarangan mencoba untuk mengatasi krisis air bersih. Kolam ini mampu menyuplai air bersih kepada 500 KK. Berharap program sistem CHC ini bisa menasional,”tutup Imam.

Langkah Imam yang menciptakan formula penetralisir air payau dan air asam itu pun mendapat apresiasi dari Bupati Tala HM.Sukamta. Selain itu pihak PT.Jorong Barutama Grestone (JBG) juga turut membantu dalam hal pengolahan kolam penampungan air payau didesa tersebut melalui program Coorporate Social Responsibility (CSR) dengan membantu proses pengerukan kolam. Kolam penampungan air payau itu berukuran 20 x 25 meter berkedalaman 7 meter yang berada di kawasan Jalan Hangtuah Dusun Katanahan Rt 1 Rw 1.

Jum’at, (1/10/21) kemarin disaat kegiatan Manunggal Tuntung Pandang di Desa Swarangan, Sukamta melihat langsung kondisi kolam air bakunya yang telah siap disalurkan kerumah-rumah warga untuk konsumsi.

“Inovasi formula penetralisir air payau ini sangat membawa manfaat bagi warga, dan selanjutnya pengelolaan dipegang oleh Bumdes setempat karena memang prsoses semuanya bersumber dari dana desa, sehingga ini ada kolaborasi dalam rangka pemenuhan akan air bersih didesa ini,”terang Sukamta.

Ia menambahkan, untuk wilayah Kecamatan Jorong memang masih belum secara penuh dilakukan pelayanan air bersih dari PDAM Tanah Laut dikarenakan ketersediaan air baku.

Kades Swarangan Baihaqi pun mengungkapkan, sepanjang tahun warga disini untuk kebutuhan air bersih sudah pasti membeli dan rata-rata pengeluaran per bulannya Rp 50.000 sampai Rp 65000 untuk 1 KK, sehingga hal itu dirasa menjadikan beban warga.

“Mau tidak mau, suka tidak suka lantaran sumber air tanah didesa berasa payau bahkan ada yang asin, hal ini lantaran desa yang berada di pesisir pantai. Warnanya pun keruh kecokelatan,”kata Baihaqi.

Ia menambahkan, desa sangat terbantu melalui teknologi CHC yang menggunakan produk Duta Joss tanpa penyulingan tersebut. Sebagian dari alokasi dana desa (ADD) digunakan untuk biaya perlengkapan teknologi pengolahan air payau, dan senilai Rp 415,4 juta, yang direncanakan pada awal tahun 2022 sudah bisa air kolam ini didistrubusikan kewarga.

Hadirnya penerapan sistem CHC (charcoal hihg carbon) ini pun sudah sangat ditunggu-tunggu warga.
Bainah, salah seorang warga setempat menuturkan selama ini menggunakan air sumur yang warnanya kuning dan rasanya juga payau. Untuk kebutuhan air minum terpaksa harus beli pakai galon sampai 6 buah, dan harga 1 galonnya Rp 6.000 dengan waktu 1 minggu pun habis.

“Berharap kolam yang bisa dikonsumsi itu segera selesai, sehingga beban hanya untuk air bersih pun berkurang,”harap Bainah.

Harapan Bainah menjadi catatan bahwa betapa pentingnya akan pemenuhan air bersih bagi semua, tidak saja di Desa Swarangan.

Penulis: Basuki

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment