Diprediksi Rupiah Bisa Tembus Rp17.000 per USD

Dampak Konflik Iran-Israel ke RI

by adm
0 comment 2 minutes read
Mata Uang Rupiah dan Dollar

Jakarta, BARITOPOST.CO.ID – Setelah mengejutkan dunia dengan serangan rudal dan drone ke Israel, Iran menyatakan perang dengan negeri Zionis itu telah berakhir.

Meski begitu, Iran menegaskan akan membalas setiap provokasi lebih lanjut terhadap negara tersebut. Terkait tensi geopolitik yang masih tinggi di Timur Tengah tersebut, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan serangan Iran ke Israel punya empat dampak serius ke ekonomi Indonesia.

Baca Juga: 106 Ribu Jamaah Haji Indonesia 2024 Diangkut Maskapai Saudia Airlines

‘Dampaknya lonjakan harga minyak mentah hingga tekanan terhadap rupiah yang bisa memurukkan nilai tukar hingga ke Rp17.000 per dolar Amerika Serikat (USD),’ ucapnya.

Menurutnya, pertama, memicu lonjakan harga minyak mentah ke USD85,6 per barel atau meningkat 4,4% year on year,” ucap Bhima seperti dilansir MNC Portal.

Bhima menambahkan, pengaruh terhadap harga minyak sangat wajar mengingat Iran adalah negara penghasil minyak ke-7 terbesar di dunia. Konflik berkelanjutan atau perang terbuka bisa mengganggu produksi dan distribusi minyak dari Negeri Mullah tersebut.

Baca Juga: Ikan Laut untuk Kesehatan, Ini Manfaatnya

“Harga minyak yang melonjak akan berimbas ke pelebaran subsidi energi hingga pelemahan kurs rupiah lebih dalam,” beber Bhima.

Kedua, sambungnya, adalah keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik. “Investor mencari aset yang aman baik emas dan dolar AS sehingga rupiah bisa saja melemah hingga Rp17.000 per USD,” tandasnya.

Ketiga, lanjutnya, kinerja ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika dan Eropa akan terganggu. Hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat ke kisaran 4,6-4,8% tahun ini.

Baca Juga: Halal Bihalal YN’S Center, Enam Warga Banjarmasin Dapat Umrah Gratis

Keempat, tuturnya, konflik tersebut dapat menimbulkan dorongan inflasi karena naiknya harga energi sehingga tekanan daya beli masyarakat bisa semakin besar.

“Rantai pasok global yang terganggu perang membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen,” imbuhnya. (*)

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment