‘PR’ Bersama, Rekatkan Kembali yang Retak Pasca Pilkades 

by baritopost.co.id
0 comment 2 minutes read

Marabahan, BARITO – Kabupaten Barito Kuala (Batola) saat ini telah, sedang dan akan menyelenggarakan pilkades, yang menjadi perhatian publik adalah menggunakan sistem e-voting.  Namun perhatian penting sebenarnya adalah bagaimana merekatkan kembali kohesi sosial (kebersamaan warga) yang retak oleh friksi atau keberpihakan kepada masing-masing calon.

Hal tersebut dikemukakan Nasrullah, antropolog pada Prodi Pendidikan Sosiologi, FKIP Universitas Lambangung Mangkurat (ULM), Selasa (1/6/2021).

“Bagi saya pekerjaan rumah kita bersama, pemerintah daerah, kepolisian, TNI melalui Babinsa, serta tokoh masyarakat adalah merekatkan kembali yang retak oleh adanya keberpihakan selama pilkades berlangsung,” tandas Nasrullah, yang berasal dari Kecamatan Kuripan, Batola.

Menurut pria berkacamata yang juga akrab disapa Inas, walaupun cara dan teknisnya sama, atau pemiih sudah terbiasa melaksanakan pemilihan langsung seperti pemilihan presiden, pemilihan legislatif dan pemilihan kepala daerah, pilkades sesungguhnya sangat berbeda.

Dikatakan Nasrullah, perbedaaannya terletak pada begitu dekatnya jarak geografis, sosial, kultural, bahkan kekerabatan antar kelompok pemilih. Begitu pula dekatnya antar calon, calon dengan pemilih, bahkan kedekatakan antar pemilih. Meski sejauh ini gesekan antar warga cenderung tidak terdengar, tetapi menjadi persoalan adalah pasca pemilihan.

“Tentu ada trauma psikologis bagi kelompok yang kalah, apalagi ada selebrasi bagi kelompok yang menang. Semua pertunjukkan itu ada di depan mata warga desa,” sebut Nasrullah.

Pilkades di Batola sendiri, sudah berjalan tiga gelombang dan tinggal menyisakan satu gelombang di enam kecamatan, yakni Kecamatan Bakumpai, Cerbon, Rantau Badauh, Barambai, Kuripan, dan Tabukan.

Sementara untuk merekatkan kembali warga yang terpecah akibat pilkades, Nasrullah mengemukakan pemikirannya.

Pertama, perlu ada himbauan pemerintah kecamatan atau pemerintah kabupaten agar selebrasi kemenangan tidak dilakukan berlebihan. Selain pertimbangan kondisi kesehatan masyarakat dalam situasi covid-19, juga menjaga perasaan warga yang calonnya tidak mendapatkan kemenangan.

Kedua, peran tokoh masyarakat masing-masing desa yang mampu menjadi mediator untuk merekatkan seluruh anggota masyarakat.

Ketiga, pihak yang terpilih juga mampu merangkul seluruh para pemilih dan menyatukan kembali untuk bersama-sama memajukan desa berdasarkan program atau visi-misi yang telah dirancang oleh calon sebelum terpilih.

Keempat, pilkades ini adalah konsekwensi demokratis, yang dampak negatifnya memecah belah antar warga dan kedewasaan wargalah untuk kembali rukun.

Penulis: Rudy
Narasumber : Nasrullah

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment