Banjarbaru, BARITO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel pada kunjungan ke Finlandia awal Desember lalu telah mempelajari dan melakukan studi banding pada konsep smart city (kota cerdas) dari Helsinki, Finlandia.
Konsep smart city itu juga ingin dikembangkan oleh Pemprov Kalsel dengan pengembangan ke arah smart province termasuk dalam hal penerapan budaya kerja dan gaya hidup yang lebih efisien.
Kepala Bappeda Kalsel, Nurul Fajar Desira mengatakan, di Helsinki, ada pembangunan kawasan baru eks pelabuhan . Pembentukan kawasan baru tersebut memakai pola smart city.
Hal itu menarik perhatian Pemprov Kalsel dan pemprov berencana akan memberikan bimbingan atau membagikan ilmu pengembangan smart city dari Helsinki tersebut ke daerah yang sedang berproses menuju smart city.
“Dengan kita melihat contoh benchmarking (studi banding,red) dari kota yang sudah cukup maju itu (Helsinki, red), itu akan kita share (bagikan, red) kepada kota-kota di Kalsel yang sedang membangun smart city. Nanti kita dorong bersama,” ujarnya kepada wartawan pada jumpa pers memaparkan hasil kunjungan ke Finlandia di aula Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel, Kamis (13/12) siang.
Jumpa pers dihadiri Kepala Dinas Kehutanan Hanif Faisol Nurofiq, Kepala Bappeda, Nurul Fajar Desira,
Kepala Dinas PMPTSP, Nafarin, Kepala Dinas ESDM, Isharwanto dan Kepala Biro Pengembangan Produksi Daerah, Mohammad Syah Jehan.
Kepada wartawan, Fajar Desira menjelaskan bahwa ada 3 kota di Kalsel yang sedang membangun smart city . Tiga kota itu adalah Banjarmasin, Banjarbaru, Tanjung di Kabupaten Tabalong ataupun juga Paringin di Kabupaten Balangan.
Tetapi, tekan Fajar, hal terpenting atau paling inti dari konsep smart city bukan semata mata menyangkut berkonotasi dengan penggunaan teknologi informatika (TI). Konsep smart city secara lebih luas juga menyangkut gaya hidup yang seharusnya dapat semakin efektif dan efisien dari hari ke hari.
“Sedangkan teknologi informatika ataupun internet, software, program dan sebagainya itu hanya tools (alat,red) untuk mencapai itu (efisiensi,red). Ini yang paling inti yang kita dapat dari benchmarking. Selama ini, yang terbayang di benak kita bahwa yang namanya smart city itu semua harus high tech (teknologi tinggi, red). Ternyata tidak,” bebernya.
Dia mencontohkan, adanya ide menggunakan mall atau gedung sekolah menjadi ruang publik merupakan penerapan dari konsep smart city. Karena gedung sekolah dibangun dengan biaya besar tetapi hanya digunakan 8 jam atau hanya sepertiga dalam waktu 24 jam. Sehingga, imbuh Fajar, sumber daya berupa gedung yang telah dibangun itu akan dirasa sayang jika hanya dipakai dalam waktu beberapa jam saja. Gedung itu akan lebih bermanfaat untuk dipergunakan oleh masyarakat secara cuma-cuma.
“Sebab gedung adalah ruang publik. Maka akan dikembalikan ke pada publik. Nah, ide ini tentu akan kita share dan kita sedang mencanangkan smart province. Yakni dengan cara mengaplikasikan konsep yang kita dapatkan dari Helsinki dalam membangun smart city,” tuturnya.
Sebelumnya, pada tanggal 3-10 Desember 2018 lalu, delegasi Provinsi Kalimantan Selatan atas undangan Duta Besar Indonesia untuk Finlandia dan Estonia telah melaksanakan serangkaian pertemuan dengan beberapa mitra terkait di Finlandia dan Estonia yaitu, Metsäkeskus, Metsähallitus, LUKE, TAPIO, Neste Corporation, Crisis Management Initiative (CMI). KBRI Helsinki juga melakukan promosi investasi, perdagangan dan pariwisata Kalsel melalui 2 kegiatan Business Forum di Helsinki, Finlandia dan Tallinn, Estonia. Delegasi Kalimantan tersebut dipimpin oleh Kadis Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq .
Anggota delegasi terdiri atas Kepala Bappeda, Nurul Fajar Desira, Kepala Dinas PUPR, Roy Rizali Anwar, Kepala Dinas PMPTSP, Nafarin, Kepala Dinas ESDM, Isharwanto, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan, Suparmi Lasiman Kardimo.
Delegasi Kalsel juga menyertakan Kepala Biro Pengembangan Produksi Daerah, Mohammad Syah Jehan dan Kepala Bidang infrastruktur, Hanifah Dwi Nirwana. Selama kunjungan, delegasi Kalsel didampingi oleh Fungsi Politik, Fungsi Ekonomi dan Fungsi Pensosbud KBRI Helsinki.tya