Imbas Covid-19, Peternak Petelur Unggas Merugi

by baritopost.co.id
0 comment 3 minutes read

Sampaikan Keluhan ke Yani Helmi

Banjarmasin, BARITO – Dampak pandemi virus Corona (Covid-19) turut dirasakan para peternak petelur unggas (itik dan ayam) yang usahanya terimbas virus ini hingga mereka merugi. Seperti dialami peternak petelur itik dan ayam di wilayah Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu.

Imbas Covid-19 yang dirasakan peternak petelur tersebut melalui perwakilannya H Mupsihuddin disampaikan langsung kepada anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan Muhammad Yani Helmi yang duduk di Komisi II membidangi peternakan, Senin (4/5) di Banjarmasin.

Dari pertemuan, selain terdampak virus Corona, peternak petelur unggas ini mengungkapkan para peternak petelur lokal di Pagatan Tanah Bumbu juga mengeluhkan kalah bersaingnya dengan pasokan telur bebek dan ayam dari Surabaya Jawa Timur, yang dijual dengan harga lebih murah.

Karena itu H Mupsihuddin berharap permasalahan ini jadi perhatian anggota DPRD Provinsi dan pemerintah daerah agar kedepan produksi peternak petelur lokal ini tidak kalah bersaing dengan produk luar.

Kepada wartawan, Yani Helmi mengungkapkan dimassa pandemi Covid-19 ini semuanya prihatin, baik peternak, pekebun maupun petani ikan karena posisinya yang memprihatinkan. Ia mencontohkan seperti peternak unggas saat menjual hasil produksi tidak dengan harga yang bagus seperti biasanya hingga berimbas pendapatan menurun.

“Baik itu ayam atau telur saat dijual jangankan untung, balik modal saja sudah syukur, ini yang nantinya harus mendapat perhatian,” katanya.

Politisi Golkar ini juga menyoroti banyaknya beredar produk telur dari luar seperti asal Surabaya Jawa Timur yang didatangkan dengan kontainer dan harganya lebih murah. Untuk itu adik kandung Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor ini mengimbau masyarakat banua agar pandai memilih secara kualitas tidak hanya melihat dari harga yang lebih murah.

“Kualitas telur bebek kita tentu lebih bagus, contohnya seperti di Pagatan Tanah Bumbu,” sebutnya.

Diakuinya telur lokal kita memang kalah bersaing dengan serbuan telur dari luar dengan harga yang lebih murah hingga menggerus peternak petelur di Kalsel. Namun kita imbau masyarakat di Kalsel jangan hanya melihat dari harga murah tapi lihat lah juga kualitasnya demi hidup sehat dengan konsumsi makanan sehat.

Disinggung peran SKPD terkait untuk mendorong produk lokal lebih diminati masyarakat. Menurut Yani Helmi, SKPD terkait yakni Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kalsel itu sangat komitmen memajukan peternakan di banua ini, tapi juga kita dorong bagaimana nantinya masyarakat Kalsel juga lebih cinta produk lokal banua seperti beras, ikan maupun telur.

“Bagaimana kita menjadi tuan di tanah kita sendiri dengan memakai produk lokal seperti misalnya hasil peternakan petelur unggas,” harapnya.

Terkait Kredit Usaha Rakyat (KUR), imbuhnya informasi dari Menkoperekonomian Airlangga Hartarto itu ada angin segar mulai tanggal 1 April kemarin KUR ini diberlakukan boleh tidak mencicil kreditnya selama enam bulan tapi ini diharapkan untuk mendidik UMKM kita jangan malas tapi terus semangat dan Covid-19 ini sesegeranya cepat berlalu dan dunia usaha bangkit lagi.

Sementara itu H Mupsihuddin mewakili peternak petelur itik dan ayam di Pagatan Tanah Bumbu kepada wartawan menuturkan bagi peternak berharap bank yang menyalurkan  KUR ini juga konsisten menerapkan kebijakan dari Menkoperekonomian tersebut karena relaksasi KUR itu sudah ada tapi saya sebagai peternak berharap ini dilaksanakan secara konsisten. Apalagi dengan pandemi Covid-19 dan pemberlakuan PSBB tentu dampaknya dirasakan masyarakat ditambah dengan pasokan telur dari Surabaya Jawa Timur dengan harga lebih murah dan kalau harga itu kita ikuti bisa bangkrut peternak di Kalsel.

Lanjutnya karena itu saya menemui perwakilan anggota DPRD Kalsel yang mewakili dapil 6 Tanah Bumbu dan Kotabaru. Sementara untuk relaksasi KUR ini memang belum saya coba sebagai nasabah Bank Kalsel.

Sedangkan imbas dari Covid-19, tukasnya, saya pantau di pasaran daya beli masyarakat itu memang turun drastis, seperti di Kabupaten Kotabaru kita tidak mengalami peningkatan permintaan pasokan telur.

“Kita turun ke pasar dan kita lihat itu sedikit sekali orang yang belanja, salah satunya takut penyebaran Covid-19. Selain harganya turun juga permintaan berkurang tinggal 20 persen,” ungkapnya.

H Mupsihuddin menambahkan imbasnya produksi telur di tingkat peternak lokal juga mengalami penurunan, oleh sebab itu saya minta kedepan nanti untuk produksi telur lokal khususnya di Tanah Bumbu dan sekitarnya ada sertifikasi agar kualitasnya lebih terjamin dan manpu bersaing dengan produk telur dari luar. “Kita harapkan nanti ada sertifikasi produksi telur lokal,” pungkasnya.

Penulis: Sopian

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment