Dialog Berbasis Keadilan

by baritopost.co.id
0 comment 5 minutes read

Oleh : Dr H Jarkawi, MPd *)

Setiap manusia punya kebutuhan untuk berinteraksi dan berkomunikasi guna memenuhi kebutuhan fitrahnya sebagai manusia dimuka bumi ini. Saat kebutuhan manusia tidak terpenuhi maka akan muncul kritikan dan sanggahan terhadap peristiwa dalam suatu kehidupan ini. Disinilah peran pemimpin yang mempunyai prinsip berkeadilan dalam memutus mata rantai dari kritikan maupun sanggahan itu.

Keadilan dapat dilihat dari berbagai perspektif kebenaran. Salah satunya kebenaran kelompok (subjektifitas) bukan kebenaran universal, saat kebenaran yang dimunculkan oleh suatu keinginan dari suatu kebenaran ego individu ataupun kebenaran kelompok, maka bersamaan dengan hal itu akan muncul pembenaran individu ataupun kelompok tanpa mau membuka diri untuk mengayomi invidu ataupun kelompok lainnya. Kalau ini terbangun dan tercipta dalam suatu kehidupan sehingga masuk pada wilayah comfort zone, tentunya akan ada suatu ancaman dalam kehidupan manusia yang suatu saat akan berdampak negatif dan mengurangi kadar harmonisasi kehidupan manusia bahkan tidak menutup kemungkinan akan disrupsi kehidupan.

Dalam suatu organisasi juga bisa disrupsi akibat tantangan masa depan yang terus bergulir dan bahkan situasi yang dihadapi bagaikan badai dilautan biru yang dapat menghantarkan suatu organisasi lamban perkembangnya bahkan bisa jalan di tempat atau bisa chaos. Disinilah peranan seorang pemimpin organisasi untuk mampu mengedepankan kejujuran dalam suatu kebenaran universal guna menciptakan situasi yang kondusif untuk suatu rasa ke adilan bagi setiap komponen dan sub komponen dalam suatu sistem organisasi. Apabila seorang pemimpin dalam mengambil suatu kebijakan dengan suatu keinginan untuk bertahan atas dasar kekuasaan, sudah barang tentu akan ada yang menerima dampaknya yang merugikan individu ataupun kelompok dalam suatu komponen ataupun sub komponen dalam sistem organisasi, sehingga terciptanya situasi yang kondusif bergesekan yang berkelanjutan.

Bagi seorang pemimpin yang visioner untuk melakukan suatu percepatan perkembangan suatu organisasi harus membangun dialog bukan debat dan harus berani beradu argumentasi dalam mencari suatu titik kebenaran yang sama bagi semua pihak dalam suatu sistem organisasi. Maka seorang pemimpin harus berlaku jujur dengan melakukan beberapa tindakan kebijakan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mendengarkan, seorang pemimpin harus mampu mendengarkan dengan alat indranya dan ide pemikirannya terhadap kritikan dan saran yang dilontarkan terhadap proses kepemimpinannya dan organisasi yang dipimpinnya
2. Menghargai, seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan dalam teologis, etis, estetis, fisiologis, logis dan teleologis sehingga mampu memberikan ruang untuk melakukan suatu dialog bukan debat dalam mencari titik kebenaran untuk berkomitmen memajukan suatu organisasi
3. Teruji, seorang pemimpin harus mampu mengelola berbagai tantangan dan peluang yang menantang guna percepatan perkembangan organisasi dengan membuka diri untuk menerima dan berdialog segala persoalan organisasi bukan mencari pembenaran untuk kepentingan diri sendiri dan kelompok yang dapat merugikan dan menghambat percepatan perkembangan organisasi
4. Menyuarakan, seorang pemimpin harus berani bertanggung jawab dan mengayomi semua orang semua kelompok dalam suatu organisasi yang dia pimpin dengan mennyuarakan secara jujur dan transparan agar semua pihak dapat menerima dengan adil atas dasar suatu kejujuran

Percepatan perkembangan organisasi bisa optimal sangat organ untuk membangun suatu situasi yang kondusif berdialog secara berkelanjutan sehingga menciptakan suatu power energi organisasi. Menurut Peter Senge (Learning Organization,1999), dialog merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi untuk terus melakukan pembelajaran sehingga adaptif dalam merespun berbagai perubahan yang muncul.

Kesuksesan seorang pemimpin dalam suatu organisasi memerlukan strategi yang matang dan eksekusi strategi yang tepat melalui suatu dialog. Namun demikian, strategi yang bagus tidak dapat menjamin kesuksesan organisasi tanpa dialog. Berdasarkan hasil penelitian Kaplan dan Norton, sembilan dari sepuluh institusi gagal mengeksekusi strateginya. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan dalam menguji dan mengadaptasi kinerja, 85% tim eksekutif meluangkan waktu kurang dari 1 jam per bulan untuk di dialogkan strategi. Oleh karenanya, strategy review meeting atau yang dikenal dengan dialog kinerja organisasi salah satu syarat mutlak dalam proses eksekusi strategi.

Dialog merupakan proses komunikasi yang harus mempertimbangkan kaidah semantis dan pragmatis. Dengan dialog, diharapkan timbul percakapan yang saling mengerti, memahami, menerima, hidup damai dan bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan bersama. Maka dialog merupakan suatu strategi berpikir dan belajar untuk suatu percepatan perkembangan organisasi yang optimal dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan pergerakan situasi dan kondisi yang terkadang di luar nalar organisasi.

Menurut Mc Kinsey, Dialog Kinerja Organisasi merupakan sebuah praktek manajemen yang mempertemukan atasan dan bawahan langsung, teratur, terstruktur, dan direncanakan serta menggunakan data kinerja untuk meninjau kinerja masing-masing unit dan memahami akar penyebab kesenjangan kinerja kemudian memutuskan cara mengatasinya dan menyepakati rencana aksi yang berkeadilan
Adapun tujuan dari Dialog berbasis keadilan dalam suatu organisasi adalah suatu ulasan (review) kinerja suatu organisasi atau individu dan atau kelompok pada suatu sistem oraganisasi dalam rangka pengambilan tindakan untuk memperbaiki pergerakan percepatan pengembangan organisasi, mengarahkan dan memotivasi individu atau kelompok untuk berkinerja dengan baik dan benar atas dasar kejujuran yang berkeadilan, mengubah cara berpikir dan bertindak individu atau kelompok dengan memperjelas ekspektasi pergerakan percepatan perkembangan organisasi, meningkatkan kerjasama internal dan eksternal, mengambil keputusan atas perubahan yang berdampak terhadap strategi organisasi, meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan pergerakan organisasi.

Sedangkan manfaat dari Dialog berbasis keadilan dalam suatu organisasi antara lain meningkatkan pergerakan perkembangan organisasi secara optimal dan individu serta kelompok, membangun budaya kerja organisasi, mendorong interaksi positif antara atasan dan bawahan melalui dialog berbasis keadilan, mengidentifikasi potensi/kompetensi individu atau kelompok dalam suatu sistem organisasi sebagai salah satu alat perencanaan pengembangan organisasi yang bermutu dan berdaya saing.

Prinsip yang dianut dalam Dialog berbasis keadilan dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1. Faktual (Fact Based) yaitu berdasarkan data yang kredibel dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dan berkepentingan
2. Aksi (Action Oriented) yaitu berfokus pada rencana aksi dan individu serta kelompok berkomitmen untuk melaksanakan rencana aksi tersebut berdasarkan hasil dialog berbasis keadilan bersama.
3. Konstruktif dan menantang (Constructive and Challenging) yaitu individu serta kelompok aktif menyampaikan pendapat yang bersifat terobosan dan pimpinan wajib memberikan umpan balik dalam suatu dialog berbasis keadilan bersama.
4. Output yang jelas yaitu menghasilkan solusi atas isu utama yang fokus pembahasan dalam suatu dialog berbasis keadilan untuk menjawab tantangan masa depan yang penuh persaingan

Mari kita merenung sejenak dengan berimajinasi dari sebuah hadis “Manusia yang baik adalah manusia yang berguna/bermanfaat bagi manusia lainnya (hadits)” Wallahu.

*) Penulis adalah Dosen FKIP dan Wakil Rektor I Uniska MAB

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment