Apa yang Dapat Anda Lakukan Ketika Anak Diare?

by baritopost.co.id
0 comment 4 minutes read

Oleh : dr. Ruth Angelina Siregar

Diare adalah kondisi dimana buang air besar (bab) yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih encer dari biasanya dalam satu hari. Pada balita dikatakan diare bila balita tersebut bab lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Angka prevalensi/kejadian diare secara nasional di tahun 2018 mencapai 12,3 persen. Namun kabar baiknya, angka ini turun menjadi 4,5 persen di tahun 2019.

Ada beberapa penyebab diare, yaitu:
1. Infeksi,
merupakan penyebab diare tersering, baik itu oleh virus (con: enterovirus, rotavirus 60-70% penyebab utama diare pada anak, dll), bakteri 10-20% (con: vibrio E. coli, shigella), dan kurang dari 10% parasit (con: cacing, protozoa, jamur). Pada anak dibawah 2tahun diare dapat disebabkan oleh infeksi parenteral, yaitu infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2. Faktor malabsorbsi atau gangguan penyerapan makanan,
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering pada susu formula/sapi (intoleransi laktosa). Dapat juga disebabkan malabsorbsi lemak atau protein
3. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat. Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya. Pada kasus yang ringan dimana proses penyerapan belum terganggu, berbagai cairan yang diberikan kepadanya dapat mencegah dehidrasi/kekurangan cairan berlebihan. Bayi dan anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan dewasa. Oleh karena itu, mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam penanganan diare pada anak. Cara mencegah atau mengatasi dehidrasi pada anak yaitu dengan pemberian cairan.
Pada keadaan diare tapi kondisi anak masih baik (anak aktif, masih dapat minum, buang air kecil masih seperti biasa) atau disebut tanpa dehidrasi ASI diteruskan, tidak perlu membatasi atau mengganti makanan, termasuk susu formula. Pemberian cairan olahan rumah seperti kuah sayur/sop juga dapat diberikan bila anak sudah lebih 2tahun. Cairan rehidrasi oral (CRO) atau ORALIT adalah cairan yang dikemas khusus, mengandung air dan elektrolit digunakan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi saat diare. Dapat diberikan CRO 5-10 ml setiap buang air besar cair. Cairan rehidrasi sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL dan sukrosa) juga dapat digunakan.

Ketika anak terlihat haus, mata terlihat agak cekung, buang air kecil mulai berkurang, dan bibir kering disebut kondisi dehidrasi ringan-sedang. Pada kondisi seperti ini, anak perlu dibawah ke pukesmas atau rumah sakit karena anak harus diberikan cairan rehidrasi dibawah pengawasan tenaga medis. Pemberian CRO sebanyak 15-20 ml/kgBB/jam setelah tercapai rehidrasi, anak segera diberi makan dan minum. ASI diteruskan. Teh sebaiknya tidak digunakan sebagai cairan rehidrasi karena juga mengandung kadar Na yang rendah sehingga dapat mengganggu penyerapan makanan di usus. Makanan tidak perlu dibatasi karena pemberian makanan akan mempercepat penyembuhan. Pemberian terapi CRO cukup dilaksanakan pada ruang observasi di UGD atau Ruang Rawat Sehari. Kondisi muntah bukan merupakan larangan untuk pemberian CRO. CRO harus diberikan secara perlahan-lahan dan konstan untuk mengurangi muntah. Keadaan anak harus sesering mungkin direevaluasi
Seorang anak dikatakan dehidrasi berat bila selain gejala klinis yang terlihat pada dehidrasi ringan-sedang, terlihat juga napas yang cepat dan dalam, sangat lemas, keasadaran menurun, air mata tidak ada saat menangis, denyut nadi cepat, dan kekenyalan kulit sangat menurun. Anak harus dibawa segera ke IGD Rumah Sakit untuk mendapat cairan rehidrasi melalui infus.

Pemberian obat asimtomatik/gejala juga dapat diberikan bila anak ditemukan gejala lain seperti demam atau muntah. Pemberian zinc selama 10 hari berturut-turut saat diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan angka kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya.

Pemberian antibiotika tidak selalu diberikan secara rutin pada diare akut, meskipun dicurigai adanya bakteri sebagai penyebab keadaan tersebut, karena sebagian besar kasus diare akut merupakan self limiting. Pemberian antibiotika yang tidak tepat akan memperpanjang keadaan diare.
Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan cara:
a. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu penting:
1) Sebelum makan.
2) Sesudah buang air besar (BAB).
3) Sebelum menyentuh balita anda.
4) Setalah membersihkan balita anda setelah buang air besar.
5) Sebelum proses menyediakan atau menghidangkan makan untuk siapapun.
b. Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui proses pengolahan. Seperti air yang sudah dimasak terlebih dahulu,
c. Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya ditempatkan ditempat yang sudah sesuai, supaya makanan anda tidak dicemari oleh serangan (lalat, kecoa, kutu, dll).
d. Membuang proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya, sebaiknya anda meggunakan WC/jamban yang bertangki septik atau memiliki septictank.

Beberapa kebiasaan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu: tidak memberikan ASI secara penuh 6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menggunakan air minum yang tercemar/tidak dimasak, tidak mencuci tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak dan menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayi yang benar.

penulis adalah seorang dokter di Kalimantan Selatan

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment