Warga Bumi Daya Turangga II Semarakan Isra Mi’raj dan Haul Guru Sekumpul ke 16

by baritopost.co.id
0 comment 4 minutes read

Kertak Hanyar, BARITO – Warga Komplek Perumahan Bumi Daya Turangga II RT 08 Desa Handil Manaraf Tengah Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar semarakan peringatan Isra Mi’raj dan Haul Ulama Besar Al-Alimul Al Alamah Al ‘Arif Billaah Al Bahrul Ulum Al Waliy al Qutb As Syeekh Al Mukarram Maulana KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani ke 16 Tahun 2021, Sabtu malam (6/3/2021).

Peringatan Isra Mi’raj dan Haul Guru Sekumpul dilaksanakan di Musholla Al Ikhlas Komplek Perumahan Bumi Daya Turangga II Jalan Haji Bulan menghadirkan penceramah Alhabib Muhammad bin Abubakar Alaydrus dan pembaca manakib Guru Sekumpul, KH Abdullah Basya serta Pengasuh Majelis Sya’ban Al Awwabin Alhabib Heydir bin Idrus Al Kherid.

Acara diawali ba’da magrib Maulidurrasul dan pembacaan Manaqib Guru Sekumpul dan dilanjutkan ba’da isya peringatan Isra Mi’raj.

Pembacaan Maulid Simtudduror dipimpin Al Awwabin Alhabib Heydir bin Idrus Al Kherid diikuti jamaah yang berhadir di Musholla Al Ikhlas diiringi grup pembaca maulid habsyi Raudhatul Amin.

Dilanjutkan pembacaan manaqib Guru Sekumpul oleh KH Abdullah Basya dan doa tahlil.

KH Abdullah Basya menyampaikan sebagaimana riwayat di dalam manaqib Guru Sekumpul, antara lain bermula nasabnya atau keturunannya Guru Sekumpul dari pihak ayahnya adalah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Semman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti H Muhammad Khalid bin Khalifah H Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjary (Datu Kalampayan), beliau adalah seorang zuriyat Datu Kalampayan. Kemudian nasabnya bermula dari ibunya adalah Hj Masliyah binti H Mulya (adik kandung dari H Semman Mulya/guru padang).

Guru Sekumpul dilahirkan pada malam Arba 27 Muharram 1361 Hijriyah bertepatan dengan 11 Februari 1942 Masehi. Sejak kecil termasuk salah seorang yang mahfudz, yaitu suatu keadaan yang sangat jarang terjadi, kecuali bagi orang-orang pilihan yang sudah ditentukan Allah Ta’ala. Kemudian dimasa remaja, beliau pernah bermimpi bertemu dengan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein (keduanya cucu Rasulullah SAW). Yang kemudian kedua cucu Rasulullah SAW masing-masing membawakan pakaian dan memakaikan (memasangkan) kepada beliau lengkap dengan sorban dan lainnya dan beliau ketika itu diberi nama oleh keduanya dengan nama ZainaL Abidin.

Sementara amalan beliau adalah beradab dengan kuitan (orang tua), beradab dengan paguruan (guru) dan jangan koler (malas) membaca shalawat nabi, sehingga kapintaran (ilmu) abah guru ini tiada batasnya dan banyak sekali kitab-kitab yang dihapal oleh beliau, contohnya hapal Alquran beserta tafsir dan qiroatnya serta shalawatnya, sehingga disebut Guru Sekumpul karena takumpul didalam diri sidin.

“Mudahan kita dapat berkatnya barataan (semua),” doa KH Abdullah Basya.

Sikap Guru Sekumpul yang utama istiqomah terutama berbakti kepada kedua orangtuanya dan guru-gurunya, karena siapa yang berbakti kepada orangtuanya dan guru-gurunya, insyaallah beberkat hidup dunia akhirat buktinya guru kita Guru Sekumpul.

“Mudah-mudahan dengan berkat membaca manaqib abah guru dan peringati haul beliau, dosa-dosa dan kesalahan kita diampuni oleh Allah Swt,” doanya.

Usai pembacaan manaqib Guru Sekumpul, dilanjutkan tausyiah Isra Mi’raj yang disampaikan Alhabib Muhammad bin Abubakar Alaydrus.

Habib Muhammad dalam tausyiahnya antara lain menyampaikan kemulian pada diri Nabi Muhammad SAW yang di isra dan mi’raj kan oleh Allah Swt.

Disampaikan Habib Muhammad, keberkahan Rasulullah itu tak terbatas, artinya itu tergantung niatnya, kemudian kesolehan hatinya serta kebersihan hatinya.
Yang kita ambil hikmah dari isra mi’raj ini, lanjutnya, agar jadi renungan dan pegangan kita. Menyitir salah satu ayat, yang artinya kami ingin menunjukan kepada hamba kami Muhammad, ini tanda kebesaran kami bahwa diantara tanda kebesaran yang ditunjukan Allah Swt kepada Rasulullah adalah malam itu, massa itu, detik itu, tempat kejadian itu, semua berkaitan dengan isra mi’raj.

“Isra Mi’raj itu menjadi mulia karena nabi diperjalankan di malam itu dan malam itu menjadi mulia karena nabi di isra dan mi’raj kan,” kata Alhabib.

Lanjutnya, bahkan buroq yang ditunggangi oleh nabi ketika itu mulia bertambah jadi mulia, begitu juga madinah, mekkah dan beberapa tempat yang disinggahi oleh nabi, juga bertambah kemuliaannya karena dipijakkan kemulian kaki nabi bahkan langit pun menjadi mulia karena nabi di mi’raj kan malam itu.

“Kita pun menjadi mulia karena berdampingan dengan nabi,” kata Alhabib.

Habib Muhammad mencontohkan lagi seperti hari pun menjadi mulia karena disandarkan kepada nabi, contohnya hari Senin tidak pernah dikenal kemuliaannya melebihi hari Jumat, namun setelah Rasulullah dilahirkan di hari Senin, maka kedudukan hari Senin itu kata ulama sejajar dengan kemulian hari Jumat. Siapa orang mati dalam keadaan membawa iman di hari Senin maupun di malam Senin, maka sama ia mati seperti orang yang mati di malam Jumat atau di hari Jumat.

“Jadi tidak ada sesuatu yang membuat nabi mulia, justru sesuatu itu menjadi mulia karena berdampingan dan disandarkan kepada Nabi Muhammd SAW,” kata Habib Muhammad.

Penulis : Sopian

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment