Petani Batola Pertahankan Tanam Padi Lokal

by admin
0 comment 2 minutes read

Marabahan, BARITO – Karena kondisi alam sebagian besar petani di Kabupaten Barito Kuala lebih senang bertahan dengan menanam padi local, seperti Karang Dukuh, Siam Unus, Siam Mutiara dan lain-lain yang sejenisnya dibandingkan menanam padi unggul.

Demikian salah satu kesimpulan hasil reses anggota DPRD Kalimantan Selatan DR H Karlie Hanafi Kalianda, SH.MH, tanggal 24-26 Pebruari 2019 di enam desa di wilayah Kabupaten Batola, yaitu Desa Cahaya Baru, Desa Sampurna, Desa Sungai Pantai, Desa Pindahan Baru, Desa Puntik Tengah dan Desa Puntik Dalam.

“Sebagian besar petani di enam desa tempat saya reses, mempertahankan bertani padi lokal, terutama karena faktor alam, yaitu tanah yang rendah dan sulit air untuk padi unggul atau tanaman jenis lain,” ungkap H Karlie Hanafi Kalianda yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kalsel, Rabu (27/2).

Karena faktor alam itu, petani di enam desa tersebut bertahan untuk menanam padi lokal yang panennya sekali setahun, sedangkan hasilnya menurut Karli, hanya cukup untuk keperluan sendiri saja.

“Kalau pun ada lebihnya itu pun tidak banyak,” ujar Karli mengutip pernyataan salah seorang warga.

Selain itu, katanya melanjutkan, warga juga mengeluhkan mahalnya harga pupuk non subsidi, sedangkan pupuk yang bersubsidi suplainya selalu tidak tepat waktu. “Disaat masyarakat memerlukan pupuk subsidi itu tidak ada dan pada saat mendekati masa panen justru pupuk baru datang, padahal sudah kurang diperlukan lagi,” katanya.

Untuk itu masyarakat melalui Karli mengharapkan agar bisa memperjuangkan agar pupuk bersubsidi bisa disuplai tepat waktu, yaitu saat memang benar-benar diperlukan.

“Masyarakat juga berharap agar ada pengawasan terhadap distribusi pupuk ke masyarakat, termasuk harganya,” katanya.

Saat ini, menurut warga, harga pupuk bersubsidi menca[ai Rp95.000 sampai Rp100.000 per 50 kilogram untuk urea bersubsidi, sedangkan yang non subsidu mencapai Rp290.000 sampai Rp300.000 per satu kwintal. Selain masalah pupuk, masyarakat di enam desa yang mayoritas memang bermatapencaharian sebagai petani itu juga mengeluhkan berbagai gangguan mulai dari hama wereng, tungro, tikus sawah sampai serangan kera atau monyet liar yang sangat mengganggu aktivitas pertanian hingga permukiman warga. Disamping itu warga juga mengharapkan adanya perbaikan dan peningkatan serta penyiringan, jalan, jembatan di wilayah mereka.

“Saat ini sebagian besar jalan masih merupakan jalan yang lama yaitu jalan desa yang kondisinya sebagian besar sudah mulai rusak,” katanya.

Terhadap berbagai aspirasi dan keluhan warga tersebut, Karli yang berasal dari daerah pemilihan Kabupaten Batola ini mengatakan akan membawa permasalahnya sesuai dengan kewenangan yaitu ke tingkat Kabupaten Batola maupun di perjuangkan ke institusi berwenang di Pemerintah Provinsi Kalsel.

“Secara khusus hasil reses ini akan saya laporkan secara resmi ke lembaga DPRD Kalsel,” pungkas Karli Hanafi.rel/sop

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment