Lestarikan Adat Banjar, Gelar Tradisi Mandi 7 Bulanan

by admin
0 comment 2 minutes read

Banjarmasin, BARITO – Kelahiran anak pertama selalu menjadi hal yang mendebarkan dan penuh harap. Di Bumi Lambung Mangkurat, ada berbagai prosesi untuk melestarikan adat yang dilakukan guna menyambut dan mendoakan calon jabang bayi yang dikandung oleh ibunya. Salah satunya adalah upacara daur hidup Mandi Tian Mandaring yang dilakukan suku Banjar.

Prosesi ini dikhususkan untuk kehamilan anak pertama di usia tujuh bulan.
Ketika usia kehamilan mencapai 7 bulan maka diadakan upacara mandi-mandi, yang disebut Mandi-mandi Manujuh Bulanan (mandi tujuh bulan).

Acara tujuh bulanan tersebut digelar Hj Helda Larasaty Caleg Partai NasDem Sabtu (9/3/2019), untuk anaknya Gusti Mega Indah Mawarni yang kini menginjak kehamilan 7 bulan.

Di ruang tengah si Ibu hamil duduk di atas alas kain berlapis di hadapan tamu-tamu, disisiri dan disanggul rambutnya. Pada saat itu juga di tepung tawari, yaitu dipercikan minyak likat beboreh dengan anyaman daun kelapa yang dinamakan tapung tawar.

Setelah itu dibacakan doa selamat dan diakhiri dengan si Ibu hamil yang menyalami semua undangan sebagai bentuk rasa terima kasih dan mohon doa keselamatan pada semua yang hadir.

Hj Helda Larasaty berharap para undangan senantiasa memberikan doa kebaikan kepada Gusti Mega Indah Mawarni anak yang dikandungnya menginjak 7 bulan di dalam rahim. “Mari kita mendoakan kebaikan dan kesehatan bagi ibu dan anak yang dikandung Gusti Mega Indah Mawarni,” katanya.

Ritual itu, si hamil (Gusti Mega Indah Mawarni) memakai pakaian indah-indah dan perhiasan sambil memangku sebuah tunas kelapa yang diselimuti kain kuning menghadapi sajian 41 macam kue.

Khusus tempat mandi-mandi berbentuk persegi diberi pagar tali yang digantungi kembang renteng, disela-selanya diikat berbagai kue, uang dan buah pisang.

Kemudian empat sisi dililit dengan kain khas Banjar sasirangan atau kain berwarna kuning keramat.

Air yang digunakan untuk mandi-mandi direndam bunga dan mayang yang sudah dibacakan surah Yasin atau burdah.

Wanita yang memandikan si ibu hamil jumlahnya selalu ganjil, sekurang-kurangnya tiga dan paling banyak tujuh orang dan biasanya merupakan para kerabat dekat.
Saat si ibu hamil disirami dengan air bunga biasanya juga dibedaki dengan bedak beras kuning lalu mengeramasinya.

Kembang Mayang dikeluarkan dari rendaman dan diletakkan di atas kepala wanita hamil ini dan disirami dengan air kelapa muda tiga kali berturut-turut dengan posisi mayang yang berbeda-beda. Kali ini juga airnya harus dihirup oleh wanita hamil itu.

Semua prosesi yang dijalani intinya adalah memohon pada Allah. Tunas kelapa yang dipangku dan kemudian digendong melambangkaan si jabang bayi yang kelak dapat tumbuh dimana saja dan berguna bagi masyarakat.

Tidak hanya mandi 7 bulanan, namun Hj Helda Larasaty juga menggelar haul dan manakib Guru Sekumpul (KH Muhammad Zaini Ghani Al Banjari) dan peringatan Isra Miraj dengan penceramah Hj Rusdiana. Dalam kesempatan tersebut hadir pula anak-anak panti asuhan Putri Aseri Lingkar Selatan Banjarmasin.

“Ini bentuk kecintaan kami abah Guru Sekumpul dan Nabi Muhammad SAW,” tambah Pengurus Garda Wanita Malahayati Partai NasDem Kalsel ini. (afdi)

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment