Oleh: Hj. Melinda Ratna Agustina, S.STP., MIP.
Indonesia dikenal luas sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya, suku, dan agama. Namun, di berbagai daerah, keberagaman tersebut kerap menjadi sumber ketegangan dan konflik sosial. Menariknya, Kabupaten Kotabaru di Kalimantan Selatan justru memperlihatkan wajah berbeda: di sana, perbedaan menjadi kekuatan untuk membangun kehidupan masyarakat yang harmonis dan daerah yang lebih maju.
Potret Keberagaman di Kotabaru
Kotabaru merupakan rumah bagi berbagai suku bangsa, seperti Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, dan Tionghoa. Dari sisi agama, meski mayoritas penduduk beragama Islam (92,22%), terdapat pula komunitas Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha yang hidup berdampingan. Masyarakat Kotabaru pun menggantungkan hidup dari beragam profesi, mulai dari petani, nelayan, hingga pekerja di sektor tambang dan industri.
Mengapa Kotabaru Bisa Hidup Rukun?
Salah satu kunci harmoni di Kotabaru adalah adanya Cross-Cutting Affiliation, yakni keterhubungan sosial lintas kelompok. Seorang nelayan Muslim bisa bekerja sama dalam satu tim dengan pekerja tambang yang beragama Kristen. Seorang pedagang Tionghoa bisa bermitra dengan petani Dayak. Hubungan sosial yang saling terjalin ini membuat identitas tunggal, seperti suku atau agama, tidak menjadi sekat yang membatasi interaksi. Sebaliknya, masyarakat merasa menjadi bagian dari jaringan sosial yang lebih luas.
Selain itu, peran pendidikan dan sosialisasi turut berkontribusi besar. Sekolah-sekolah di Kotabaru mengajarkan pentingnya toleransi dan kerja sama antarsuku dan agama. Pemerintah daerah pun rutin menggelar acara budaya, mempertemukan berbagai komunitas dalam suasana penuh keakraban, membangun rasa saling menghargai di tengah perbedaan.
Dari sisi ekonomi, Kotabaru menunjukkan model ekonomi inklusif yang menghindarkan dominasi satu kelompok atas kelompok lainnya. Dalam dunia usaha, latar belakang suku dan agama bukan menjadi penghalang, justru menjadi kekuatan untuk saling melengkapi. Semua masyarakat, tanpa memandang asal-usul, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
Pelajaran dari Kotabaru
Pengalaman Kotabaru memberikan pelajaran penting: keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan jika dikelola dengan bijaksana. Kunci utamanya adalah memperkuat interaksi sosial lintas kelompok dan membangun pendidikan multikultural sejak dini.
Masyarakat tidak boleh merasa terisolasi dalam satu kelompok semata. Sebaliknya, keterbukaan, kerja sama, dan rasa hormat antarwarga harus terus dipupuk agar keberagaman menjadi perekat, bukan pemecah.
Penutup
Kotabaru membuktikan bahwa di tengah keberagaman, harmoni bukanlah impian. Dengan keterbukaan, saling menghormati, dan kerja keras bersama, masyarakat mampu membangun daerah yang bukan hanya damai, tetapi juga maju dan sejahtera. Sebuah pelajaran berharga bagi seluruh Indonesia.
Penulis Hj. Melinda Ratna Agustina, S.STP., MIP. Program Studi Doktoral Studi Pembangunan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2025
Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya