Ekonomi Biru: Peluang Emas Kabupaten Kotabaru Menuju Masa Depan Berkelanjutan

by baritopost.co.id
0 comments 6 minutes read

Oleh: Rachmat Hidayat

Ekonomi biru kini menjadi sorotan global sebagai jawaban atas berbagai krisis multidimensi yang tengah dihadapi dunia: dari perubahan iklim, ketimpangan ekonomi, hingga krisis pangan. Pada dasarnya, ekonomi biru adalah pendekatan pembangunan yang menekankan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan—menyatukan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam satu kerangka pembangunan masa depan. Konsep ini mengubah laut bukan sekadar ruang eksploitasi, melainkan ruang kehidupan, ketahanan, dan kesejahteraan.

Secara global, laut menyumbang nilai ekonomi yang sangat besar. Nilai ekonomi laut dunia diperkirakan mencapai US$3 hingga 6 triliun per tahun, mencakup sektor perikanan, pariwisata, transportasi laut, dan energi terbarukan. Jika ekonomi laut diperlakukan sebagai “negara”, maka ia akan menjadi kekuatan ekonomi ke-7 terbesar di dunia. Nilai aset laut, termasuk jasa ekosistem seperti karbon biru, diperkirakan lebih dari US$24 triliun.

Di sektor perikanan dan akuakultur saja, lebih dari 60 juta orang bekerja secara langsung—dengan 96% di antaranya berasal dari negara-negara berkembang, termasuk Asia dan Afrika. Jika mencakup seluruh sektor ekonomi biru seperti perikanan, budidaya laut, pariwisata pesisir, dan logistik kelautan, maka lebih dari 350 juta orang di seluruh dunia menggantungkan hidupnya pada laut. FAO memperkirakan bahwa pada tahun 2030, ekonomi laut dapat menciptakan sekitar 40 juta pekerjaan penuh waktu, terutama di sektor-sektor energi angin lepas pantai, akuakultur laut, dan pengolahan hasil laut. Tak hanya itu, ikan menyumbang 15,7% konsumsi protein hewani global, menjadikannya elemen penting ketahanan pangan dunia.

Indonesia sebagai negara maritim turut memainkan peran penting. Nilai ekspor perikanan Indonesia dari Januari hingga November 2022 mencapai USD5,71 miliar, dengan produk utama seperti udang, tuna-cakalang-tongkol, cumi-sotong-gurita, rumput laut, serta rajungan dan kepiting. Komoditas ini dikirim ke berbagai negara utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, kawasan ASEAN, dan Uni Eropa. Pertumbuhan nilai ekspor ini terus meningkat, mencapai USD6,22 miliar pada akhir 2022, naik hampir 9% dari tahun sebelumnya, seiring dengan meningkatnya investasi sektor kelautan yang tercatat Rp6,39 triliun pada triwulan III-2022—naik lebih dari 45% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga

Lantas, mengapa ekonomi biru sangat relevan bagi Kotabaru?

Kabupaten Kotabaru adalah wilayah pesisir terbesar di Kalimantan Selatan, mencakup 25,19% dari total luas provinsi atau sekitar 9.354,93 km². Dari total 22 kecamatannya, 18 kecamatan berbatasan langsung dengan laut, dan memiliki garis pantai sepanjang 939,74 km—setara dengan 71,9% dari seluruh garis pantai Kalimantan Selatan. Kotabaru juga memiliki 137 dari total 165 pulau yang telah teridentifikasi secara resmi, serta wilayah laut yang berada di jalur strategis migrasi ikan pelagis besar dan kecil (WPPNRI 712 Laut Jawa dan 713 Selat Makassar). Letaknya yang strategis di perlintasan Laut Jawa dan Selat Makassar membuat Kotabaru menyimpan potensi luar biasa sebagai episentrum ekonomi biru di Indonesia.

Dengan kekayaan sumber daya laut yang melimpah dan posisi geografis yang sangat strategis, menjadikan ekonomi biru sebagai fondasi pembangunan Kotabaru di masa depan bukan lagi sekadar opsi, melainkan keharusan. Transformasi menuju ekonomi biru yang inklusif dan berkelanjutan akan membawa Kotabaru menjadi kabupaten maritim yang tangguh secara ekonomi, lestari secara ekologi, dan adil secara sosial.

Potensi Unggulan Ekonomi Biru di Kabupaten Kotabaru

Baca Juga

Kabupaten Kotabaru merupakan wilayah pesisir dengan kekayaan sumber daya laut dan pesisir yang melimpah, menjadikannya salah satu kabupaten strategis dalam pengembangan ekonomi biru di Kalimantan Selatan. Potensi ini tercermin dari berbagai sektor, mulai dari perikanan tangkap dan budidaya, keberadaan ekosistem pesisir yang penting secara ekologis, hingga aktivitas ekonomi maritim dan pariwisata bahari yang terus berkembang. Keunggulan tersebut menjadikan ekonomi biru sebagai pilar utama pembangunan berkelanjutan di wilayah ini.

Sub sektor perikanan menjadi tulang punggung utama ekonomi biru Kabupaten Kotabaru. Pada tahun 2023, produksi perikanan budidaya mencapai angka signifikan sebesar 29.729.722 ton. Budidaya dilakukan dalam berbagai bentuk seperti budidaya laut, tambak, kolam, karamba, jaring apung, hingga budidaya sawah. Keberagaman teknik budidaya ini menunjukkan kapasitas adaptasi masyarakat pesisir terhadap karakteristik geografis dan ekologis wilayahnya. Di sisi lain, perikanan tangkap juga menunjukkan tren yang positif, dengan peningkatan produksi dari 71.769 ton pada tahun 2022 menjadi 72.184 ton pada tahun 2023.

Kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan juga menunjukkan peningkatan, dari Rp 3,36 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 3,46 triliun pada tahun 2022. Meskipun sempat mengalami perlambatan selama masa pandemi COVID-19, sektor ini kembali pulih dengan laju pertumbuhan yang meningkat dari 0,58 persen pada tahun 2020 menjadi 2,98 persen pada tahun 2022. Hal ini menjadi indikasi bahwa sektor perikanan memiliki ketahanan dan potensi besar untuk terus tumbuh jika didukung dengan infrastruktur dan teknologi yang memadai.

Hasil proyeksi PDRB Kabupaten Kotabaru selama sepuluh tahun ke depan memperkuat posisi sektor perikanan sebagai sektor unggulan. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan secara keseluruhan diperkirakan akan tetap menjadi basis ekonomi hingga tahun 2033, dengan sub sektor perikanan secara konsisten menjadi unggulan, tidak seperti sub sektor pertanian yang hanya dominan pada awal periode proyeksi. Ini menunjukkan arah kebijakan pembangunan perlu memperkuat ketahanan dan nilai tambah sektor perikanan.

Baca Juga

Komoditas unggulan hasil laut Kabupaten Kotabaru meliputi ikan tenggiri, udang, dan kepiting. Selain itu, potensi pengolahan hasil perikanan seperti pembuatan amplang, abon, dan kerupuk turut mendukung pengembangan industri rumah tangga dan UMKM berbasis sumber daya lokal. Diversifikasi produk perikanan ini penting untuk meningkatkan daya saing dan nilai ekonomi.

Keunggulan ekonomi biru Kotabaru juga didukung oleh kekayaan ekosistem pesisir. Berdasarkan analisis Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2022 yang kemudian didetailkan oleh Bappeda Kotabaru tahun 2023, luas ekosistem mangrove di kabupaten ini mencapai 63.062,60 hektare atau sekitar 82,14% dari total luasan mangrove di Kalimantan Selatan. Dari jumlah tersebut, sekitar 71,92% memiliki kerapatan tajuk lebat hingga sangat lebat, menandakan fungsi ekologis yang sangat penting sebagai habitat biota laut, pelindung pesisir, serta penyerap emisi karbon.

Selain mangrove, Kotabaru juga memiliki gugusan terumbu karang seluas 10.943,23 hektare yang termasuk dalam kawasan Coral Triangle—wilayah konservasi terumbu karang dunia. Ekosistem lamun dan alga seluas ±250 hektare turut memperkuat jasa lingkungan berupa penyimpanan karbon biru, penting dalam mitigasi perubahan iklim dan potensi perdagangan karbon (carbon trade).

Pariwisata bahari menjadi sektor penopang ekonomi biru lainnya yang berkembang pesat. Dengan daya tarik bentang alam pantai, keindahan bawah laut, hingga kegiatan rekreasi seperti paralayang dan gantole, beberapa destinasi wisata utama yang berkembang antara lain Siring Laut, Pantai Gedambaan, Wisata Mangrove, Sarangtiung, Teluk Tamiang, Teluk Aru, dan Pulau Samber Gelap. Keindahan dan keunikan destinasi ini berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, serta membuka peluang usaha bagi masyarakat lokal.

Baca Juga

Dalam aspek infrastruktur maritim, keberadaan pelabuhan-pelabuhan strategis seperti Pelabuhan Stagen, Mekar Putih, Tanjung Pemancingan, Tarjun, dan Matasirih sangat berperan dalam mendukung konektivitas laut serta distribusi hasil perikanan dan logistik. Kotabaru juga memiliki potensi besar dalam pengembangan jalur pelayaran nasional melalui konektivitas Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

Dari sisi industri, potensi kawasan industri yang berada di Kawasan Industri Tarjun, Mekar Putih, dan Pulau Sebuku menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang berbasis pengolahan, logistik, kelautan dan perikanan. Pengembangan industri berbasis sumber daya lokal ini penting untuk meningkatkan nilai tambah dan menyerap tenaga kerja di wilayah pesisir.

Meskipun secara keseluruhan sektor Transportasi dan Pergudangan belum menjadi sektor unggulan dalam PDRB hingga 2033, sub sektor Angkutan Laut serta Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan diproyeksikan sebagai sektor basis. Hal ini sejalan dengan karakteristik wilayah yang didominasi oleh perairan dan kepulauan, menjadikan angkutan air sebagai moda transportasi utama masyarakat dan distribusi logistik.

Penulis Rachmat Hidayat Program Studi Doktoral Studi Pembangunan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2025

Baca Juga

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Baca Artikel Lainnya

Tinggalkan komentar