Maskot Kalsel Semakin Terdesak
Banjarbaru, BARITO – Bekantan yang merupakan maskot Kalsel dan satwa endemik Kalimantan dirasakan semakin terdesak keberadaannya.
Salah satu upaya agar hewan ini tetap terjaga dan bertambah populasinya adalah menjaga keberadaan lahan basah.
Profesor Yudi Firmanul Arifin dari Universitas Lambung Mangkurat mengatakan, habitat bekantan harus dijaga dan tidak terganggu oleh berbagai aktivitas manusia
“Tidak boleh ada gangguan agar mereka tidak punah. Habitat harus dijaga dan sekarang mereka terancam karena terdesak oleh aktivitas manusia,” ujarnya kepada wartawan usai pembukaan konferensi internasional tentang lahan basah di salah satu hotel di Kecamatan Landasan Ulin, Jum’at (1/11).
Yudi mengatakan, masih banyak ditemukan bekantan yang masuk ke pemukiman warga bahkan sampai ke kawasan jalan raya. Hal itu karena habitatnya terganggu. Sehingga dia berharap semua pihak harus menjaga dan terus gaungkan upaya penyelamatan bekantan setiap saat.
” Kedepan, kita berharap populasinya bertambah karena akan membawa efek bagus. Misalnya banyak turis datang. Kemarin juga saya membawa mahasiswa Australia untuk meneliti bekantan,” tuturnya.
Sementara itu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat, Abdul Gafur berencana akan secara rutin menggelar konferensi internasional tentang lahan basah.
“Setiap dua atau tiga tahun sekali kita akan laksanakan konferensi internasional lahan basah. Maka dengan kekhasan itu, kita harapkan bisa menarik minat ilmuwan dunia untuk hadir di Kalsel,” paparnya. Dia mengungkapkan, lahan basah sangat penting misalnya untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Banyak potensi pada lahan basah yang sangat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kestabilan lingkungan.
Konservasi Lahan Basah
Sekdaprov Kalsel , Abdul Haris yang mewakili Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor pada pembukaan kegiatan tersebut mengatakan, di Provinsi Kalsel, hampir sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan basah dengan luasan lebih dari 1 juta hektar.
“Provinsi Kalimantan Selatan sendiri telah melakukan berbagai upaya agar lahan basah yang ada ini di konservasi. Diantaranya beberapa waktu yang lalu telah dilakukan Revolusi Hijau atau Green Revolution,” ujarnya.
Revolysi Hijau tersebut dilakukan sebagai upaya memulihkan 2000 hektar kawasan hutan dan lahan gambut yag rusak pasxa bencana kebakaran hutan.
“Disamping itu kami selalu melakukan koordinasi yang cukup intens dengan Badan Restorasi Gambut RI dengan melakukan pertemuan, pemetaan terkait konservasi lahan gambut yang ada di wilayah Kalimantan Selatan,”sambungnya.
Menurut dia, lahan basah seperti sebuah sistem pembuluh darah yang menghubungkan seluruh alam. Tanpa lahan basah, dunia akan sangat kekurangan air. Lahan basah, imbuh sekda, mencukupi kebutuhan air bersih.
“Disamping itu lahan basah tropia juga menopang kehidupan berbagai flora dan fauna khas, yang kehidupannya sangat bergantung pada ekosistem lahan basah ini,” bebernya.
Penulis: Cinthia