Melandai tak Berarti Bisa Santai

by baritopost.co.id
0 comment 6 minutes read

SEJAK Oktober 2020 Kalimantan Selatan dinyatakan berada dalam zona oranye atau daerah dengan risiko penularan Covid-19 sedang. Plt Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Resnawan meminta semua pihak tidak terlena dengan perubahan itu.

Apa yang disampaikan Rudy sangat beralasan. Meskipun kurva pertumbuhan positif Covid-19 di Kalsel disebut sudah melandai, kenyataannya setiap hari selalu ada penderita baru yang tertular virus dari Wuhan, Cina, ini. Jumlahnya masih mengkhawatirkan.

Berdasarkan data per 14 November 2020 yang dirilis situs kemkes.go.id, total warga Kalsel yang terinfeksi virus Corona mencapai 12.447 orang. Angka ini naik 51 orang, dari sehari sebelumnya 12.396 orang.

Bahkan, kenaikan angka penderita Covid-19 di Kalsel sempat melonjak mencapai 71 orang, yakni dari 12.245 orang pada 10 November menjadi 12.316 orang pada 11 November. Artinya, pagebluk belum benar-benar hilang dari Bumi Lambung Mangkurat ini. Bahkan, masih merupakan ancaman serius. Meski kurvanya melandai, bukan berarti kondisi sekarang bisa membuat kita santai.

Namun demikian, yang agak melegakan, Rudy Resnawan mengatakan, angka kesembuhan pasien Covid-19 di Kalsel terbilang tinggi, yakni mencapai 87,12%. Atau peringkat keempat secara nasional, setelah Maluku Utara, Gorontalo, dan Kalimantan Utara.

Sekadar mengilas balik, virus Corona mulai mengharu biru di Kalsel sejak akhir Maret 2020. Saat itu, satu dari lima pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat di RSUD Ulin dinyatakan positif terjangkit Covid-19, berdasarkan hasil sampel spesimennya yang diperiksa Laboratorium Balitbang Kementerian Kesehatan RI.

Pasien Covid-19 pertama Kalsel yang diberi kode Ulin 01 itu adalah warga Banjarmasin, berusia sekitar 40 tahun, yang juga pelatih sepakbola kelas nasional.

“Hasil laboratoriumnya sudah kita terima dan pasien dengan nama Ulin 01 ini dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Sekarang yang bersangkutan masih menjalani perawatan intensif dan diisolasi di ruang perawatan khusus rumah sakit,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Muhammad Muslim, saat memberikan keterangan resmi kepada wartawan di kantor Setda Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru pada Ahad, 22 Maret 2020.

Munculnya kasus Covid-19 pertama itu membuat kaget warga Kalsel, termasuk Gubernur Sahbirin Noor. Ia langsung memerintahkan jajarannya mengambil langkah preventif dengan melakukan penyemprotan disinfektan di sejumlah gedung perkantoran, terminal, bandara, tempat ibadah, hingga pasar dan fasilitas umum lainnya.

“Kita baru mendapat informasi satu warga positif Covid-19. Kita harap masyarakat jangan panik, tetaplah mengikuti arahan pemerintah. Di samping itu, kami sudah menurunkan sejumlah armada dan petugas untuk melakukan penyemprotan di sejumlah kawasan terutama yang merupakan fasilitas umum dan perkantoran,” ucap Sahbirin, yang kini cuti sebagai kepala daerah karena kembali mengikuti Pilkada Kalsel.

Langkah cepat memerangi Covid-19, yang diinstruksikan gubernur, itu juga diikuti para bupati dan wali kota di Kalsel. Seiring itu, pagebluk pun merambat ke berbagai daerah.

Para kepala daerah melancarkan kebijakan tanggap darurat untuk menghambat penyebaran virus ini. Mulai dari meliburkan sekolah dan menggantinya dengan belajar jarak jauh (daring), menerapkan work from home atau bekerja dari rumah, mengistirahatkan kegiatan tempat ibadah, menghentikan operasional mal, pusat perbelanjaan dan tempat wisata, serta menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Bahkan, operasional Bandara Internasional Syamsudin Noor sempat ditutup, dan belakangan dibuka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.

Prokes, mulai dari memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan hingga rajin mencuci tangan dengan hand sanitizer dan sabun, dikampanyekan di berbagai tempat dan kesempatan.

 

Meski reaksi cepat sudah dilakukan, pertumbuhan Covid-19 di Kalsel ternyata susah dikendalikan. Setiap hari tercatat puluhan, bahkan sampai lebih seratus, penderita baru bermunculan dari seluruh kabupaten dan kota.

Apalagi setelah dilakukan swab massal di seluruh daerah, pada Agustus lalu, peta penyebaran Covid-19 di Kalsel pun dipenuhi zona merah.

Virus Corona ini menulari siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin dan kalangan. Korban pun bertumbangan. Mulai dari rakyat biasa, pejabat, pengusaha, kepala daerah, tokoh agama, bahkan dokter dan tenaga kesehatan.

Untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona ini, protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan 3T (Tracing, Testing, Treatment) digerakkan secara masif.

Pemerintah daerah bersama Forkopimda, yang didukung kalangan BUMN, BUMD, pihak swasta dan ormas, bahu membahu menekan penyebaran pagebluk ini. Tong-tong air yang dilengkapi sabun cuci tangan di sebar di beberapa tempat di seluruh daerah. Bersamaan itu, dilakukan pembagian masker gratis secara massal.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan kemudian membentuk dan menyebar Tim Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), yang bertugas menyampaikan berbagai hal tentang Covid-19 guna menekan kasus positif dan tingkat kematian akibat virus tersebut.

Tim KIE bersama tim dari pusksesmas di masing-masing daerah bekerja sama mengedukasi warga. “Kalau mencegah penularan, kita sudah kalah banyak dengan virus. Maka saat ini konsentrasi kita adalah mencegah terjadinya kematian,” kata Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel, yang saat itu dijabat Hanif Faisol Nurrofiq, Rabu, 20 Mei 2020.

Upaya Pemerintah Provinsi Kalsel memerangi Covid-19 ini didukung aksi-aksi yang dilaksanakan Kepolisian Daerah Kalsel dan Korem 101/Antasari. Demikian pula di daerah, Kepolisian Resor (Polres) dan Komando Distrik Militer (Kodim) mendukung upaya bupati/wali kota setempat dalam menggebuk pagebluk.

Polda Kalsel bersama Polres dan Polresta mendirikan kampung tangguh di seluruh Kalsel. Tujuannya untuk mengajak masyarakat aware (peduli) dengan pencegahan penyebaran Covid-19 dan mendorong mereka lebih taat dan tertib dalam menjalankan prokes di lingkungannya.

Sementara, Wali Kota Banjarmasin menerbitkan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 68 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.

Berbekal Perwali itulah, kemudian digelar operasi yustisi berupa razia terhadap masyarakat yang tidak menaati prokes, terutama dalam hal pemakaian masker. Operasi yustisi yang didukung pihak kepolisian dan TNI itu mengenakan sanksi administrasi berupa kerja sosial dan denda uang kepada para pelanggar prokes. Aksi penegakan prokes serupa juga dilaksanakan di berbagai daerah di Kalsel.

Hasilnya memang cukup efektif dalam menekan kecepatan penyebaran Covid-19 di masyarakat. Kurva pertumbuhan penyebaran pagebluk ini melandai. Namun, bukan berarti virus Corona minggat. Virus mematikan itu masih ada. Penderita baru masih saja bermunculan.

Terkait itu, tim monitoring dan evaluasi, yang dipimpin Plt Gubernur Kalsel Rudy Resnawan, Kapolda Irjen Pol Nico Afinta, dan Danrem 101/Antasari rajin bersafari ke berbagai daerah untuk mengingatkan masyarakat pentingnya melaksanakan prokes di masa pandemi yang masih belum hilang.

Rudy Resnawan meminta semua pihak tetap mawas diri dari bahaya Covid-19. Prokes pencegahan Covid-19 harus selalu dipatuhi guna menekan penyebaran pagebluk ini di Kalsel. “Jangan lengah. Meski ada daerah sudah dikatakan zona hijau namun harus tetap waspada, karena virus ini masih belum berakhir dan belum ada vaksinnya,” ucapnya mengingatkan.

Senada, Kapolda Nico Afinta menegaskan, meski status Kalsel menjadi oranye, disiplin untuk menjalankan prokes harus terus dilakukan.

“Protokol kesehatan akan tetap diperkuat, operasi penegakan disiplin protokol kesehatan dengan melibatkan Pemda dan TNI tetap dilakukan hingga kini. Jangan lengah dan jangan kendor, harus selalu gaspol sehingga terus melaju dalam menangani Covid-19,” imbuhnya.

 

Ada baiknya kita dengarkan petuah Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus. “Kita mungkin lelah dengan Covid-19, namun virus itu tidak bosan dengan kita,’’ katanya sebagaimana dikutip dari Antara pada Kamis, 12 November 2020.

‘’Sebelas bulan setelah pandemi, menyebabkan lebih dari 1,2 juta orang meninggal, ekonomi babak belur dan kegiatan sehari-sehari terbalik di seluruh dunia. Mengandalkan vaksin yang belum terbukti namun menjanjikan merupakan taruhan yang berisiko,’’ demikian Mister Tedros.

Nah!

Penulis: Dadang Yulistya

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment