Indonesia Berpacu Dengan Waktu Untuk Menyiapkan Cadangan Pangan dan Energi (Juga Air) Menjelang Krisis Iklim

by admin
0 comment 2 minutes read

Oleh : Dr Lyta Permatasari*)

SEJAK dua tahun yang lalu tepatnya diawal pandemi Tahun 2020 Pak Sarwono Kusumaatmadja selaku Ketua Dewan Pertimbangan  Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia yang juga Penasehat Senior Menteri LHK telah mewanti-wanti tentang pentingnya ketahanan iklim yang bertumpu pada kekuatan ditingkat tapak.

Dulu, sewaktu masih ada Pojok Iklim walau ditengah Prahara pandemi, pesan-pesan penting tentang pengendalian perubahan iklim skala lokal dan global selalu beliau selipkan diacara tersebut (walau secara daring) dengan berbagai tema dan substansi penting di dalamnya sehingga muncullah istilah Ketahanan Pangan, Energi dan Air (FEW). Satu konsep global untuk Indonesia agar bisa bertahan ditengah Prahara baik itu bencana alam reguler seperti banjir maupun bencana akibat pandemi yang tentu sebelumnya tidak kita perkirakan kehadirannya.

Kehidupan adalah sesuatu yang terjalin dengan rapi dan natural semestinya, namun masalahnya kita kini tidak berada diposisi aman. Badai bencana dapat datang kapan saja sehingga kekuatan ditingkat tapak atau komunitas amat sangat penting dalam upaya mempertahankan hidup. Locality menjadi hal yang urgent dan dominan di era global ini.

Kita saksikan zaman telah sangat berubah. Keperkasaan sebuah negara adidaya seperti Amerika mulai terganggu oleh badai pandemi kemarin. Perusahaan-perusahaan raksasa yang kokoh pun sekarang bertumbangan satu demi satu. Namun ditengah Prahara yang demikian kita melihat ada negara yang masih bisa survive, walau itu negara kecil, yang ternyata rumus bertahannya adalah kekuatan ditingkat tapaknya, akar berpijaknya KUAT. Negara manakah itu? Bisa browsing via google yaa? Nah ini adalah contoh penting bagi Indonesia.

Kekuatan menapak di jalan yang sulit ternyata bisa dilalui dengan kekuatan persatuan dan kompak di tingkat lokal. Dari lokal-lokal ini nanti tumbuh secara bersama dan menguatkan peran masing-masingnya sehingga tidak ada celah lemah dari sisi apapun, ekonomi, sosial, lingkungan ataupun support teknologi yang menyertainya.

Krisis iklim memang sudah di depan mata namun kita tidak bisa mundur lagi. Harus kita hadapi secara bersama. Sepertinya saya perlu membuat sebuah tulisan yang lebih terang benderang tentang ini agar bisa dilirik oleh Bapak Presiden atau jajarannya karena peran penting warga negara salah satunya memang berkontribusi positif dengan pertimbangan yang pro pada keberlanjutan dan keselamatan bangsa. *** (BARITOPOST.CO.ID)

*) Sekretaris Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kalsel

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment