Pelaihari,BARITO – Solar, jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang satu ini kerap disalah gunakan atau dilakukan penyelewengan. Namun kini, khusus bagi nelayan di Kabupaten Tanah Laut yang diberikan jatah atau kuota solar dari PT.Pertamina, oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Tala telah mendata sub-sub penyalur solar bagi nelayan tersebut.
Kasi Kenelayanan Edi Santoso,S.Pi pada Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanam Tala Rabu,(24/6) mengatakan, sangat kecil dan barangkali mudah terdeteksi jika seumpama ada upaya penyelewengan solar bagi nelayan ini,karena sub-sub penyalur solar nelayan sudah terdata.
“By name by adrresnya sudah sangat jelas,begitu pula berapa kuota solar yang didapatkan dalam 1 bulan,sehingga kalau ada kelebihan solar akan dapat diketahui,”ucapnya.
Ia menanbahkan, dari dinas selanjutnya ada menerbitkan surat rekomendasi pembelian yang harus disampaikan ke SPBU yang telah ditunjuk Pertamina, dan pengambilan pun sesuai dengan jadwal yang sudah diatur.
Solar sendiri disesuaikan dengan kebutuhan jenis besarnya mesin kapal GT (kapasitas mesin). Solar sendiri dalam kurun waktu 24 jam harus dipakai. Contoh keperluan dalam 1 bulan sebanyak 200 liter,maka jatah itu harus cukup tidak boleh lebih.
Penyaluran solar nelayan memang masih belum dilakukan PT.Pertamina, pasalnya masih harus menunggu Memorandum Of Understanding (Mou) antara Pemkab Tala dan Polres Tala dalam hal pengawasab disrtibusi solar nelayan ini.
Sementara menyangkut harga solar dinelayan terang Edi sebesar Rp 6.000 per liter sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati Tala nomor 188.45/766-KUM/2019 tentang penetapan ongkos angkut BBM tertentu jenis solar bagi nelayan di Tala.
“Ada ongkos angkut Rp 850 per liter. Harga di Pertamina Rp 5.150, dan sub penyalur solar tidak diperkenankan mencari profit (Keuntungan),”tutup Edi.
Usulan awal untuk solar nelayan di Tala sendiri sebanyak 240 Kiloliter,namun oleh PT.Pertamina hanya bisa memenuhi separonya atau 120 Kiloliter.
Penulis: Basuki Editor : Mercurius