Oleh: Nabilah Septiani
Pernah merasa lega saat menjauh dari seseorang yang dulu sangat dekat? Rasanya aneh, karena mestinya orang dekat justru bikin nyaman. Tapi kenyataannya, banyak dari kita bertahan dalam hubungan yang sebenarnya bikin lelah, bahkan sampai mengorbankan kebahagiaan diri sendiri.
Ini adalah fenomena yang jarang dibahas: bagaimana kita sering memaksakan hubungan yang sebenarnya tidak sehat, demi alasan “biar baik-baik saja.”
Di era digital saat ini, dengan kemudahan berkomunikasi lewat chat, video call, dan media sosial, ironisnya semakin banyak yang merasa kosong dan lelah secara emosional. Artinya, “dekat” itu bukan jaminan nyaman, malah kadang bikin hati makin rapuh.
Ketika Kedekatan Jadi Beban
Hubungan seharusnya membuat kita berkembang dan merasa lebih baik. Namun, kenyataannya sering berbeda karena kita terjebak dalam hubungan yang membuat pikiran menjadi kusut, takut salah bicara, dan merasa tidak cukup baik. Baik itu dengan pasangan, teman, keluarga, maupun rekan kerja, jika hubungan tersebut malah menurunkan kesehatan mentalmu, itu menjadi tanda bahwa kamu perlu bertanya apakah hubungan itu sehat atau hanya sekadar tampilan yang dipaksakan.
Studi Harvard Study of Adult Development membuktikan, kualitas hubungan secara langsung memengaruhi kebahagiaan dan kesehatan jangka panjang kita. Jadi, ini bukan sekadar soal perasaan, tapi berpengaruh pada kualitas hidup secara menyeluruh.
Tanda Hubungan Tidak Sehat dan Bagaimana Menghadapinya
Seringkali, kita susah mengenali bahwa hubungan yang kita jalani sebenarnya tidak sehat karena sudah terbiasa dengan dinamika itu. Padahal, ada beberapa tanda yang bisa menjadi alarm bahwa hubungan tersebut mulai merugikan kesehatan mental dan emosional kamu.
Kenali tanda-tandanya:
- Selalu merasa harus berhati-hati saat bicara
Kamu merasa takut salah ngomong atau memilih kata agar tidak menyakiti orang lain, sampai akhirnya kamu tidak bisa berbicara apa adanya. Ini artinya kamu menahan diri demi menjaga perasaan mereka, tapi justru membuatmu tertekan dan nggak bebas.
- Takut jujur karena takut dihakimi
Kalau kamu merasa tidak bisa membuka diri secara jujur karena takut dikritik, dicela, atau dianggap aneh, itu pertanda kamu nggak dapat ruang untuk menjadi diri sendiri. Hubungan sehat harusnya tempat aman untuk berekspresi.
- Sering merasa bersalah tanpa alasan jelas
Kalau kamu terus-terusan merasa salah atau bersalah, padahal kamu sudah berusaha baik, ini bisa jadi tanda manipulasi emosional atau komunikasi yang tidak sehat. Perasaan bersalah yang terus-menerus bisa melemahkan mentalmu.
- Takut ditinggal saat kamu mulai menjaga jarak
Ketakutan ini menunjukkan kamu bergantung pada hubungan tersebut secara emosional, meski kamu tahu itu bikin kamu lelah. Kadang kamu takut sendiri, takut ditinggalkan, sehingga memilih bertahan walau hubungan sudah tidak sehat.
Jika kamu mengalaminya, penting untuk tahu ini bukan kesalahanmu. Yang jadi masalah adalah kalau kamu terus bertahan tanpa memberi ruang untuk diri sendiri sembuh dan berkembang.
Bertahan dalam hubungan yang merusak mental bisa memperburuk keadaan dan bahkan berdampak ke kesehatan fisik.
Solusi yang bisa kamu coba:
1. Mulailah sadar dengan kondisi dirimu sendiri.
Pahami bagaimana perasaanmu dan apa yang kamu butuhkan dalam sebuah hubungan.
2. Berani menetapkan batasan.
Jangan takut bilang ‘tidak’ saat sesuatu membuatmu tidak nyaman atau menyakitkan. Batasan itu penting agar kamu tetap merasa aman dan dihargai.
3. Komunikasikan kebutuhanmu dengan jujur.
Ungkapkan apa yang kamu rasakan dan harapkan dalam hubungan, supaya pasangan atau temanmu bisa mengerti dan memperbaiki jika perlu.
4. Jangan takut memilih menjauh bila itu untuk kesehatan mentalmu.
Kadang, jarak adalah cara terbaik untuk memberi ruang bagi diri sendiri sembuh dan mencari keseimbangan. Hubungan Sehat Meski Tidak Sempurna Tapi Membawa Damai Tidak ada hubungan yang sempurna. Namun, hubungan sehat adalah yang bisa menghadapi masalah bersama, tanpa saling menyalahkan, yang memungkinkan marah tanpa melukai, dan memberi ruang tanpa harus berpisah.
Ciri hubungan sehat:
- Saling mendengar dan memahami tanpa menghakimi
- Tidak memaksa kamu berubah demi diterima
- Mendukung satu sama lain menjadi versi terbaik diri sendiri
- Memiliki batasan yang jelas dengan rasa hormat
Jangan Korbankan Dirimu untuk Sebuah Hubungan
Terlalu sering kita sibuk mempertahankan hubungan, sampai lupa menjaga diri sendiri. Padahal, hubungan sehat bukan soal siapa yang paling lama di sampingmu, tapi siapa yang membuatmu merasa damai dan bahagia menjadi diri sendiri.
Jangan takut kehilangan hubungan yang membuatmu lelah. Takutlah kehilangan versi dirimu yang bahagia, yang selama ini tersembunyi demi bertahan. Kamu berhak punya hubungan yang sehat. Meski tak sempurna, tapi saling jaga dan mendukung.
Referensi Sumber
Artikel opini ini mengacu pada berbagai penelitian dan sumber terpercaya mengenai hubungan dan kesehatan mental, antara lain:
- Harvard Study of Adult Development, studi longitudinal terpanjang yang menunjukkan pentingnya kualitas hubungan bagi kebahagiaan dan kesehatan jangka panjang. (https://news.harvard.edu/gazette/story/2017/04/over-nearly-80-years-harvard-study-has-been-showing-how-to-live-a-healthy-and-happy-life/)
- American Psychological Association (APA) yang mengulas tanda-tanda hubungan tidak sehat dan pentingnya hubungan sehat bagi kesejahteraan psikologis. (https://www.apa.org/topics/relationships/healthy)
- Mayo Clinic, yang menjelaskan ciri-ciri hubungan sehat dan tidak sehat serta dampak hubungan buruk terhadap kesehatan fisik dan mental. (https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/adult-health/in-depth/healthy-relationships/art-20046477)
- National Institute of Mental Health (NIMH), sumber informasi tentang hubungan interpersonal dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental. (https://www.nimh.nih.gov/health/topics)
Penulis Mahasiswi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta (BARITOPOST.CO.ID)