Tragedi Kanjuruhan: Berhenti Saling Menyalahkan dan Memperkeruh Keadaan

by baritopost.co.id
0 comment 3 minutes read

Yandi Pratama : Kapolri sudah Bentuk Timsus, Tunggu Hasilnya

Jakarta, BARITOPOST.CO.ID – Tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan, Malang, menelan ratusan korban jiwa. Ajang olahraga yang sarat akan kegembiraan berubah menjadi petaka dan sejarah kelam bagi dunia sepak bola Tanah Air dan Dunia.

Tragedi terbesar kedua di dunia dalam dunia persepakbolaan itu sungguh bukan merupakan prestasi yang membanggakan. Tragedi yang meletus usai pertandingan antara Arema FC kalah 2 -3 itu menuai beragam pro dan kontra seperti menyalahkan pihak keamanan yang mengatasi kericuhan dengan menggunakan gas air mata . Ada pula yang menyalahkan tindakan supporter yang melampiaskan kekecewaannya melihat tim kesayangannya tidak pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri.

Pengamat hukum asal Banjarmasin Yandi Pratama mendorong agar semua pihak berhenti saling menyalahkan dan bersama bertanggung jawab.

“Kasus Malang itu kesalahan semua pihak. Mari semuanya sama-sama bertanggung jawab, tanpa harus saling menyalahkan,” kata Yandi Pratama dalam keterangan diterima, Senin (3/10/2022).

Menurut pria yang kerap memberikan bantuan hukum kepada masyarakat ini untuk tidak memperkeruh keadaan atau ada pihak yang tendensius hanya menyudutkan Polri. Sebab sambungnya Polri hanya menjalankan tugas untuk memberi pengamanan atas terjadinya kerusuhan . Menurut pria asal Banjarmasin ini saat ini yang terpenting dilakukan semua pihak ialah untuk berdoa bagi keluarga yang kehilangan dan bagi pemulihan yang tengah dirawat.

Terkait penggunaan kekuatan sesuai Pasal 3 Peraturan Kapolri Nomor 1 tahun 2009 sebut nya boleh dilakukan sepanjang memenuhi prinsip legalitas, kebutuhan, proporsionalitas, kewajiban umum, preventif, dan masuk akal.

Sedangkan terkait penggunaan gas air mata untuk mencegah bentrokan,Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo telah membentuk tim investigasi dalam mengusut tuntas tragedi kemanusiaan itu”Kita percayakan kepada kepolisian untuk melakukan audit investigasi,apakah penggunaan gas air mata sesuai Pasal 3 Peraturan Kapolri Nomor 1 tahun 2009″urai pria yang sempat menggegerkan Kota Banjarmasin ketika menggelar beberapa pergelaran musik rock tanpa sponsor dengan mendatangkan artis dan musisi rock papan atas.

Polisi, kata Yandi Pratama tidak serta merta disudutkan dalam tragedi ini sebab diawal sebelum digelar pertandingan, pihak Kepolisian berdasarkan pertimbangan intelijen ternyata sudah meminta Arema FC vs Persebaya Surabaya digeser ke sore hari. Tapi, usulan itu ditolak oleh PT Liga Indonesia Baru termasuk pembatasan jumlah tiket .

Pria yang juga dikenal sebagai musisi ini juga menyindir agar tragedi ini tidak ‘dimanfaatkan’ politisi jadi ajang kampanye “Saya melihat banyak berseliweran para politisi di akun media sosial menyampaikan duka cita seraya memampangkan foto pribadi mereka, ini bukan masa kampanye bung, tindakan nyata diperlukan “sindirnya.

Yandi Pratama mengapresiasi langkah Panglima TNI Jendral Andika Perkasa yang mengatakan tak segan menghukum anak buahnya yang terbukti diduga ikut melakukan penganiayaan dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan”Mari kita dukung langkah Kapolri dan Panglima TNI menuntaskan kasus ini dengan tidak saling menyalahkan dan membenahi sistem persepak bolaan di tanah air apalagi penampilan  Timnas kita saat ini sedang moncernya “imbaunya.

Yandi Pratama berharap atas tragedi ini tidak membuat FIFA meninjau ulang status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.”Semoga tragedi ini yang terakhir dalam dunia sepakbola tanah air, ingat tidak ada bola seharga nyawa “pungkasnya.

Penulis /Editor : Mercurius

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment