Ramai Berwisata ke Luar Pulau, Ketua Pakar Covid Universitas Lambung Mangkurat Ingatkan Risiko Gelombang Ketiga   

Iwan Aflanie (foto: dok.ULM)

Banjarbaru, BARITOPOST.CO.ID – Masih dalam kondisi Pandemi Covid-19, tren masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam beberapa bulan belakangan terlihat mulai melakukan liburan ke luar pulau menggunakan pesawat udara.

Umumnya, masyarakat sudah melihat bahwa kasus Covid-19 mulai melandai dan sebagian masyarakat telah menerima vaksinasi lengkap serta turunnya harga tes polymerase chain reaction (PCR), sehingga mengurangi kekhawatiran akan tertular virus Corona.

Hal ini juga terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel. Misalnya Bulan Oktober 2021, jumlah penumpang pesawat udara yang berangkat melalui bandara di Kalsel sebanyak 56.596 orang.  Angka tersebut naik 46,49 persen dibandingkan bulan September 2021 yang berjumlah 38.634 orang.

Bagaimana pakar Covid -19 melihat fenomena ini? Menurut Ketua Tim Pakar Penanganan Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), dr H Iwan Aflanie tidak menampik bahwa rekreasi termasuk kebutuhan, dalam artian, menjadi  salah satu kebutuhan orang modern.

Meski demikian, Dekan Fakultas Kedokteran ULM itu menggarisbawahi tidak adanya urgensi dari berwisata

” Kalau dikatakan apakah ada urgensi dari rekreasi, saya lihat, tidak ada urgensinya untuk berekreasi meski memang berekreasi itu perlu. Artinya, kalau sesuatu yang tidak urgen itu,  maka bisa diletakkan dalam prioritas yang di,belakang, tidak di depan,  seperti halnya makan, maka usaha untuk mendapatkan makanan ini urgen. Juga mendapatkan pertolongan kesehatan, itu urgen, saya sepakat dengan hal itu,” ujar Iwan, Rabu (8/12/2021).

Dalam hal rekreasi, karena sifatnya menghibur diri, maka menurut Iwan bisa dipilih alternatif lain yang juga bisa menyenangkan diri.

Misalnya, berkumpul dengan keluarga, membuat kegiatan dalam lingkungan keluarga sendiri di alam terbuka, tanpa tanpa harus bepergian antar pulau.

“Saya rasa belum saatnya untuk kembali ke kondisi sebelum pandemi yang memungkinkan orang dengan tujuan yang tidak terlalu urgen bisa bepergian ke luar daerah apalagi menggunakan transportasi umum, berkumpul banyak orang, ledakan kasus bisa terjadi,”terang spesialia forensik itu.

Belum lagi, harus tetap waspada terhadap hasil rapid test antigen maupun PCR (polymerase chain reaction) yang belum tentu valid.

“Hasil rapid test antigen dan PCR itu harus benar benar valid hasilnya, ini tergantung dari cara pengambilan sampel, reagen yang digunakan dan sebagainya. Jangan sampai terjadi negatif palsu.  Artinya, sebenarnya orang itu positif, namun tidak terlacak dari tes. Ini bisa terjadi jika ada salah prosedur ataupun salah pengambilan. Maka ini bisa menyebabkan ledakan kasus,” tukasnya.

Tetap Protokol Kesehatan Pribadi

Iwan Aflanie mengatakan, meski pemerintah membatalkan PPKM level 3 pada Nataru mendatang, risiko pandemi tetap ada dan masih mengancam.

“Meskipun kasus Covid memperlihatkan tren menurun dan melandai, namun yang namanya pandemi belum berakhir, itu masih bisa muncul gelombang berikutnya.  Kenapa? karena bisa terjadi mutasi dari virus, itu yang tetap menjadi ancaman.  Jadi sebenarnya yang paling aman adalah tetap menerapkan protokol kesehatan terutama yang sifatnya prbadi seperti bermasker, cuci tangan,  melengkapi diri dengan vaksinasi,”cetusnya.

Penulis: Cynthia

Related posts

HM Tambrin: Layanan Haji Ramah Lansia Dimulai dari Tanah Air

BPSDMD Kalsel Didorong Tingkatkan Penerimaan PAD

Komisi III DPRD Kalsel Pelajari Pengelolaan Angkutan Perkotaan Di Bali dan Inginkan Kereta Api Di Banua