Target pertumbuhan ekonomi yang dipasang pemerintah dalam RPJMN Tahun 2015-2019 sebesar 7%. (ist/brt)
Jakarta, BARITOPOST.CO.ID – Target pertumbuhan ekonomi yang dipasang pemerintah dalam RPJMN Tahun 2015-2019 sebesar 7% nampaknya hanya tinggal kenangan saja. Pasalnya, pemerintah hanya mampu merealisasikannya di level 5%.
Peneliti dari INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, di tengah ketidakpastian sebagai sentimen negatif buat ekonomi nasional, membuat pemerintah harus lebih realistis lagi dalam menyusun target pertumbuhan ekonomi.
“Tahun depan idealnya 5,1% sudah maksimum. Ini pelajaran penting kalau pemerintah buat target jangan muluk-muluk harus baca situasi global dan domestik,” kata Bhima saat dihubungi Jakarta, Senin (22/10).
Bhima mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional yang di level 5% pun masih terbilang tinggi. Bahkan, pemerintah bisa membuat ekonomi lebih berdampak merata di masyarakat.
“Lebih baik kualitas pertumbuhannya dinaikkan. Artinya tumbuh tapi struktur ekonomi dan redistribusi pendapatan masyarakat lebih merata,” jelas dia.
Menurut Bhima, target ekonomi tumbuh di level 7% terlalu tinggi, apalagi melihat masih rendahnya pertumbuhan sektor manufaktur nasional, selain itu juga perkembangan harga komoditas perkebunan seperti karet dan sawit yang masih rendah belum mampu berkontribusi lebih terhadap perekonomian.
“Mesin ekonomi lain hanya bertumpu pada jasa yang daya tarik ke sektor lain relatif kecil,” jelas dia.
Meski demikian, Bhima menyarankan agar ekonomi nasional tumbuh dengan kualitas terbaik harus berani dan mempercepat pembenahan sektor industri berorientasi ekspor.
“Kemudian pulihkan konsumsi rumah tangga yang sebagian masih terpukul dicabutnya subsidi listrik. Target pajak tahun depan jangan ketinggian. Beri relaksasi ke pelaku usaha domestik,” ungkap dia. dkt/afd/brt