Kisah Pahit Buruh Migran Indonesia

Sinopsis Film Women from Rote Island

by adm
0 comment 2 minutes read
Women from Rote Island Merupakan film Tahun 2023 yang disutradarai Jeremias Nyangoen

Jakarta, BARITOPOST.CO.ID  – Sinopsis Women from Rote Island akan dibahas dalam artikel Okezone yang telah dilansir celebrity.okezone.com. Women from Rote Island merupakan film tahun 2023 yang disutradarai oleh Jeremias Nyangoen.

Martha (23 tahun) TKI ilegal yang berada di Sabah – Malaysia akhirnya berhasil dipulangkan. Dengan demikian, genaplah pesan terakhir Abram yang tak lazim pada istrinya, Orpa (45) “Tidak ada pemakaman sebelum Marta pulang”.

Kepulangan Marta adalah kebahagian tersendiri bagi keluarga terutama Orpa dan si bungsu Berta (18) bahkan bagi Damar-jati, (25), mantan pacar Martha semasa SMA yang kini bisnis tanaman hias.

BACA JUGA: Hadir Harper Banjarmasin Berkonsep Modern dan Tradisional

Namun di saat yang sama, alih-alih membawa hasil kerja selama dua tahun dari luar negeri, Martha justru berada dalam kondisi depresi berat, sebab ia sempat diperkosa di perkebunan tempatnya bekerja sebagai buruh kelapa sawit.

Film ini memang didedikasikan untuk para wanita yang telah berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Namun demikian wanita juga kerap mendapatkan kekerasan.

“Film ini dipersembahkan oleh sebuah tim produksi yang berdedikasi, dengan para pemain yang sangat berbakat. Mulai dari Irma Rihi, Linda Adoe, Sallum Ratu, sampai Van Jhoov, mereka mengambil peran penting dalam membawa karakter-karakter ini hidup dan memberikan penampilan yang luar biasa,” ungkap Jeremias Nyangoen.

BACA JUGA: Disokong Bank Kalsel, FWE Kalsel FC ke Semifinal Piala Paman Birin

Menurut perwakilan dari Perlindungan Perempuan dan Anak (PPAI), film ini sudah membuka bongkahan gunung es kekerasan seksual yang selama ini diumpamakan sebagai fenomena gunung es.

“Banyak sekali kekerasan seksual sebagaimana disampaikan tadi, justru dilakukan oleh orang-orang terdekat, oleh keluarga, di rumah yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi perempuan dan anak. Tapi film ini justru memperlihatkan bahwa kekerasan seksual bisa terjadi dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja, dan terhadap siapa saja. Bongkahan es ini harus kita bongkar, dan film ini adalah salah satu yang sudah membongkar itu,” tutur perwakilan Staf Khusus Perlindungan Perempuan dan Anak (PPAI). (*)

Follow Barito Post klik Google News

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment