Ini Untungnya Jika Meratus Jadi Geopark Internasional

by baritopost.co.id
0 comment 4 minutes read

Satu Lokasi Bisa Datangkan PAD Miliaran Rupiah

PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) berkomitmen mewujudkan peningkatan status Geopark Meratus menjadi UGG (Unesco Global Geopark). Berbagai upaya dilakukan, mulai penyiapan infrastruktur, fasilitas kawasan pariwisata, peningkatan sumber daya manusia, hingga kunjungan Geopark Pegunungan Sewu, Yogyakarta sudah menjadi bagian geopark internasional.

Saat ini, di Indonesia baru terdapat lima Geopark Internasional, yaitu Geopark Batur di Bali, Geopark Gunung Sewu Yogyakarta, Geopark Rinjani, Cilitu dan Danau Toba. Diharapkan, selanjutnya Pegunungan Meratus.

“Dalam satu tahun, usulan dan penetapan UGC hanya bisa dua Geopark saja, diharapkan Meratus bisa masuk,” kata Peneliti Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta Dr Jatmiko Setiawan kepada rombongan Pemprov Kalsel mengunjungi Geoprak Internasional Gunung Sewu Yogyakarta.

Pemprov Kalsel melalui Biro Humas dan Protokol (Humpro) Setdaprov Kalsel, mengajak jurnalis dari media cetak, eletronik dan online bertandang ke Badan Pengelola Geopark Pegunungan Sewu, Yogyakarta, pada 30 September – 1 Oktober.

Jatmiko menjelaskan, potensi wisata Geopark merupakan potensi yang menjanjikan. Terbukti untuk satu titik Geosite seperti di Gunung Sewu mampu menghasilkan PAD hingga Rp2 miliar.
Potensi itu ujarnya, tentu akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada di sekitar objek wisata.

“Makanya, ayo disukseskan upaya ini, dengan menyamakan keinginan hati, antara pemerintah dan masyarakat, untuk sama-sama membangun potensi wisata yang cukup menjanjikan ini,” katanya.

Dalam dialog, Jatmiko juga menyebutkan, Meratus merupakan hamparan ofiolit tertua di Indonesia sehingga memiliki potensi cukup besar menjadi obyek penelitian bagi peneliti nasional maupun internasional.

Menurutnya, Meratus adalah merupakan cerita tentang hamparan ofiolit tertua di Indonesia yang antara lain berada di Pulau Sebuku, Pulau Laut, dan seluruh jalur Pegunungan Meratus.

Berdasarkan atikel dari GeologiNesia ofiolit (Ophiolite) adalah kompleks batuan beku yang terdiri atas anggota basal, gabro, dan peridotit. Ofiolit diperkirakan sebagai suatu lembaran kerak samudera yang terdorong oleh obduksi kerak benua.

“Dapat dibayangkan bagaimana lembaran kerak samudera yang kini berubah membentuk Pegunungan Meratus yang sangat indah. Tentu bila potensi tersebut dikemas dengan baik, akan menarik wisatawan dari seluruh dunia,” tuturnya.

Ia optimistis para peneliti dunia, akan datang untuk meneliti berbagai potensi sejarah dan menyaksikan keindahan perubahan alam yang membentuk intan dan dua cekungan besar, yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asam-Asam, batu bara juga batuan tua yang berproses selama 200 tahun bahkan lebih.

Seluruh potensi tersebut, tambah dia, layak bila Geopark Pegunungan Meratus menjadi Geopark Internasional. “Berbagai kelengkapan untuk bisa menjadi Geopark Internasional yang diakui UNESCO sudah siap, tinggal melengkapi beberapa persyararatan lainnya,”ujarnya lagi.

Diingatkan, beberapa persyaratan yang harus dilengkapi untuk menjadi geopark internasional antara lain, adanya petunujuk untuk menuju dari geosite ke geosite lainnya. “Petunjuk arah seperti itu mungkin sederhana, tetapi itu sangat penting, untuk memudahkan pengunjung menuju ke lokasi yang dikehendaki,” sebutnya.

Dalam kunjungan, rombongan diperlihatkan sejumlah setiap geosite yang ada di Yogyakarta dapat diterapkan dalam upaya pengembangan Geopark Meratus sehingga kelak diharapkan juga bisa masuk UGG.
Lokasi pertama yang dikunjungi rombongan adalah kawasan wisata Lava Bantal yang merupakan jejak lava Gunung Api Purba, Tebing Breksi (Geosite Breksi Tuf Candi Ijo) yang merupakan tempat wisata berada di wilayah Kabupaten Sleman.
Usai menikmati pemandangan di Tebing Breksi, rombongan kemudian mengunjungi Geopark Pegunungan Sewu, di kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul.
Rombongan disambut Kelompok Sadar Wisata Nglanggeran yang dalam kesempatan itu mereka memaparkan pengelolaan wisata setempat hingga kini mampu menghasilkan pendapatan miliaran rupiah tiap tahun hingga omset tahun 2018 sebesar Rp 3,2 miliar.

Ketua Pokdarwis Nglanggeran, Mursidi mengatakan, karena komitmen dari Karang Taruna dan masyarakat serta kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan mereka dipercayai mengelola lahan seluas 48 hektare untuk ditanami pohon-pohon di area gunung yang mulanya gundul dan gersang di antara bongkahan-bongkahan batu pencakar langit kini menjadi hijau.

Ia menambahkan, peningkatan kapasitas SDM pemuda Nglanggeran melakukan studi dan mengenal teknologi sebagai sarana promosi menggunakan media Teknologi Informasi sangat mendukung dalam pengenalan Gunung Api Purba menjadi kawasan wisata, kemudian dibuat lah sebuah lembaga BPDW (Badan Pengelola Desa Wisata) yang melibatkan dari seluruh komponen masyarakat dari Ibu PKK, Kelompok Tani, Pemerintah Desa dan juga pemuda karang taruna.

Pimpinan rombongan, Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Kurnadiansyah mengatakan, kunjungan ke Geopark di Yogyakarta ini untuk lebih mempelajari dan menggali geopark yang ada di Yogyakarta, yang mana kita ketahui bahwa Kalsel juga memiliki Geopark Meratus yang membentang lebih panjang dari Geopark yang ada di Yogyakarta.
“Ke depan, kami akan segera mengadakan rapat bersama SKPD terkait tentang memajukan Geopark Pegunungan Meratus ,” ujarnya.

Penulis: Salman

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment