Mereka Merasakan Kangen Bisa Kumpul Bersama Kedua Orang Tua

Pelaihari,BARITO – Apa hendak dikata, efek sosial dari pandemi covid-19 membuat segala perubahan termasuk salah satunya harus memisahkan rasa kasih sayang antara kedua orang tua dengan sang buah hati, mana kala mereka harus terpisah dalam kurun waktu yang belum ada kepastian kapan bisa kembali berkumpul.

Kedua orang tuanya kini harus menjalani masa karantina di Fasilitas Pelayanan Khusus (Ponyansus) pada eks RSUD H.Boejasin Pelaihari karena reaktif covid-19.
Nur Sahid anak pertama yang kini duduk dibangku SDN Benua Tengah 1 kelas 5, tinggal bersama adiknya M.Aufar Rohid yang masih duduk dibangku nol besar Taman Kanak-Kanak, sementara adiknya lagi yang paling bungsu Nur Khotizah yang masih berusia 2 tahun diungsikan ke tetangga lain beda Rt, namun dalam satu desa.

Mereka tinggal di Desa Benua Tengah Kecamatan Takisung, dan oleh warga sekitar pun mendirikan posko di dekat rumah kedua anak tersebut.
Kedua anak ini memang kini dijaga oleh sang kakeknya H.M.Jubdih. Walau demikian adanya posko yang didirikan warga sekitar bertujuan untuk ikut mengawasi kedua anak tersebut, dan warga pun secara bergotong royong memberikan kebutuhan pangan sehari-hari.

Ditemui dirumahnya Minggu,(7/6) Nur Sahid dan adiknya M.Aufar saat itu tengah asik melihat buku-buku paket pelajaran.

“Ditinggal sama bapak dan itu sudah 2 pekan lamanya, kalau untuk kebutuhan makan dan lainnya dibantu kepala desa. Sepi tidak ada bapak dan ibu, sampai bosen rasanya, berharap bapak dan ibu cepat pulang,”ucap Nur Sahid dengan wajah lesu.
Sang kakek H.M.Jubdih mengungkapkan, selama menjaga cucu mereka diajarkan untuk tepat waktu melaksanakan sholat 5 waktu, kalau untuk kebutuhan makan sehari-hari tidak ada masalah karena bentuk empati warga sangat besar dan bisa memahami kondisi mereka.

Kesepian lebih mereka rasakan manakala adik mereka pun harus tinggal di pengasuh pada lingkungan Rt yang berbeda.

Adik bungsu mereka Siti Khotizah sementara ini harus diasuh oleh Rahayu. Kebutuhan pokok seperti susu dan lainnya untuk Siti Khotizah pun didrop oleh desa dan pihak ketiga dalam hal jasa Rahayu yang mengasuhnya. Namun bagi Rahayu tidak mencari hal demikian, karena mengasuh Siti Khotizah sudah sama seperti anak sendiri.

“Tidak ada yang beda dalam mengasuh, layaknya anak-anak seusianya, komunikasi dengan ibunya kadang juga telpon kepingin dengar suara anaknya, untuk kebutuhan susu ada dikirim pihak desa, dalam 1 kotak susu bisa sampai 5 hari habis,”kata Rahayu.

Sementara itu Kepala Desa Benua Tengah Ismanu mengungkapkan, dari desa sendiri sudah ada anggaran unutk sembako dan di desa ini ada beberapa rumah yang terkena dampak dari covid-19. Warga disini cukup merasakan apa yang dirasakan warga yang dialami oleh kedua anak tersesbut.

“Warga inisiatif mengumpulkan uang dan diserahkan ke Satgas covid di kecamatan untuk selanjutnya dibelikan sembako dan menyerahkannya kepada mereka-mereka yang kini ditinggalkan karena karantina. Tidak semata hanya sembako, namun juga pada lauk pauknya diperhartikan pula,”kata Ismanu.

Ia menambahkan, di Desa Benua Tengah sendiri ada 9 orang yang positif, 4 orang reaktif dan 1 dinyatakan sembuh.

Hermawan Kasi Kemasyarakatan pada Pemerintah Kecamatan Takisung dan juga Satgas Sosial Kemasyarakatan mengungkapkan, keluarga dari 3 anak tersebut dari kluster Pasar Antasari Banjarmasin, dan di desa ini ada 6 orang dan 3 dari kluster Goa Sulawes. Diawal bulan puasa kemarin itu neneknya yang merawat anak ini pun dijemput untuk dirujuk ke RSU Ulin Banjarmasin. Kemudian pada pertengahan bulan puasa ibu kandung mereka yang dijemput dan dirujuk ke RSUD H.Boejasin. Setelah lebaran giliran suaminya yang dijemput. Itu makanya warga sempat takut, keluarga besarnya juga takut, padahal kedua anak itu sudah menjalani swab dan hasilnya negatif.

“Atas inisiatif bersama warga maka dibuatlah posko dekat rumah kedua anak tersebut, dimana posko berfungsi untuk turut menjaga mobilitas kedua anak walau ia negatif hasil swab, dan menjaga keamananya pula agar tidak ada sesuatu tindak sosial yang merugikan, bermaiannya juga dibatasi dengan anak-anak lainnya,”katanya.

Ia menambahkan, posko dibangun untuk memancing minat warga lain untuk berkunjung, karena tetap mengedepankan dan menggalang kembali gotong royong. Fungsi lain hadirnya posko pada saat orang tuanya melakukan Video Call, maka pasti ditanya dengan siapa, maka akan diperlihatkan banyak orang, sehingga orang tuanya merasa tenang pula kalau anaknya banyak yang menjaga, pungkas Hermawan.

Kabar baik pun datang, Mujianto warga di Rt 1 pun kemarin pula pulang dari Ponyansus di Kabupaten setelah menjalani karantina dan ia dinyatakan sembuh, namun kepadanya oleh kades setempat meminta sementara tetap isolasi mandiri dirumah, kurangi interaksi dengan tetangga walau sudah mengantongi surat sehat dari dokter.

Penulis: Basuki

Related posts

HM Tambrin: Layanan Haji Ramah Lansia Dimulai dari Tanah Air

BPSDMD Kalsel Didorong Tingkatkan Penerimaan PAD

Komisi III DPRD Kalsel Pelajari Pengelolaan Angkutan Perkotaan Di Bali dan Inginkan Kereta Api Di Banua