Selamatkan Garuda Indonesia di Tengah Utang Rp138 T

by adm barito post
0 comments 4 minutes read
Garuda Indonesia di Bandara

Jakarta, BARITOPOST.CO.ID – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Indonesia, tengah menginisiasi sebuah gebrakan transformatif demi menyehatkan kembali PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Maskapai penerbangan nasional ini menghadapi tantangan finansial yang masif, tercatat dengan tumpukan utang mencapai US$ 8,28 miliar atau setara Rp 138,49 triliun. Lebih mengkhawatirkan lagi, hingga kuartal ketiga tahun 2025, Garuda Indonesia masih membukukan kerugian sebesar US$ 182,53 juta, yang setara dengan Rp 3,05 triliun.

Baca Juga: Api Amuk Rumah Warga Dekat HBI Banjarmasin Usai Salat Magrib

Dalam langkah strategis yang vital, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) telah memberikan persetujuan untuk rencana penyertaan modal senilai Rp 23,67 triliun dari PT Danantara Asset Management (DAM). Komitmen Danantara tidak hanya sebatas memberikan suntikan dana, melainkan juga memastikan bahwa seluruh proses restrukturisasi Garuda Indonesia ini tidak akan menimbulkan beban fiskal baru bagi keuangan negara, sebuah jaminan penting bagi publik dan APBN.

Febriany Eddy, Managing Director Non-Financial Holding Operasional Danantara, menekankan urgensi dari tindakan penyelamatan ini. “Memang kalau tidak dilakukan restrukturisasi tahun ini, maka tahun depan dia (Garuda) mungkin akan lebih sulit, jadi ada urgency untuk segera dibantu tahun ini,” ungkap Febriany saat ditemui di Kantor Danantara, Jakarta. Pernyataannya menggarisbawahi bahwa penundaan hanya akan memperparah kondisi keuangan krusial maskapai.

Sejumlah aksi korporasi telah ditempuh Garuda Indonesia, mencakup pendanaan langsung untuk operasional, skema pembayaran utang bahan bakar, hingga penyertaan aset berupa lahan dari anak perusahaannya, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI). Langkah-langkah ini menjadi bagian dari upaya menyeluruh untuk membenahi fundamental perusahaan yang sedang tertekan.

Baca Juga: Api Amuk Rumah Warga Dekat HBI Banjarmasin Usai Salat Magrib

Banyak Pesawat Garuda dan Citilink Mangkrak

Febriany menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama tertekannya kinerja perseroan dalam enam bulan terakhir adalah banyaknya pesawat Garuda Indonesia yang grounded atau tidak dapat terbang karena belum menjalani perawatan (maintenance). Situasi ini tidak hanya menghambat operasional tetapi juga menggerus potensi pendapatan perusahaan secara signifikan, menciptakan “lubang” kerugian yang semakin besar.

Lebih lanjut, ia menyoroti dampak serius dari pesawat yang tidak beroperasi. “Pesawat tidak bisa terbang, sedangkan biaya sewa dan beban terus berjalan. Jadi setiap hari kita men-delay, maka semakin besar lubang yang harus ditutup,” terang Febriany. Oleh karena itu, prioritas utama saat ini adalah segera menyediakan dana untuk perawatan yang diperlukan agar armada Garuda dapat kembali mengudara dan menghasilkan pendapatan secara optimal.

Kondisi serupa, bahkan lebih parah, juga dialami oleh Citilink, anak usaha Garuda. Febriany mencatat lebih banyak pesawat Citilink yang berada dalam kondisi grounded. Hal ini semakin mempertegas bahwa penyelesaian perawatan armada secara menyeluruh menjadi fokus utama dan mendesak dalam upaya pemulihan kinerja kedua maskapai.

Baca Juga: Api Amuk Rumah Warga Dekat HBI Banjarmasin Usai Salat Magrib

Sebagai tahap awal, Danantara telah menyalurkan pinjaman pemegang saham (shareholder loan) senilai US$ 405 juta atau setara Rp 6,65 triliun. Kucuran dana ini merupakan langkah cepat untuk mengatasi kebutuhan mendesak yang tidak bisa ditunda, khususnya untuk biaya perawatan yang krusial.

Febriany menegaskan bahwa penggunaan dana awal tersebut mencakup kebutuhan mendesak yang krusial, dan seluruh alokasinya berada di bawah pengawasan ketat Danantara. Komitmen Garuda adalah memastikan dana ini dialokasikan secara eksklusif untuk kebutuhan perawatan pesawat, sebuah langkah vital untuk mengembalikan kinerja operasional dan kepercayaan publik.

Pihaknya sangat berharap seluruh armada Garuda dapat segera memenuhi persyaratan perawatan dan kembali beroperasi secepatnya. “Itu kalau ditunda, malah tahun depan takutnya sudah enggak bisa. Karena bolongnya sudah besar banget, jadi sebagian besar uangnya sebenarnya untuk itu,” tambahnya, menegaskan bahwa penundaan hanya akan memperparah kerugian dan merusak prospek pemulihan.

Baca Juga: Api Amuk Rumah Warga Dekat HBI Banjarmasin Usai Salat Magrib

Dengan berbagai langkah strategis ini, Danantara optimistis neraca keuangan konsolidasian Garuda Indonesia dapat kembali positif. Febriany menekankan bahwa maskapai ini tidak akan dapat beroperasi secara normal dan berkelanjutan jika terus-menerus mencatatkan kinerja keuangan yang negatif.

Febriany juga menekankan bahwa peran Danantara tidak hanya sebatas menyediakan modal. “Langkah setelah Danantara masuk itu bukan hanya sekadar kasi uang. Ini kami akan monitor dan kami akan bekerja bersama dengan tim manajemen Garuda,” ujarnya, menunjukkan komitmen kolaborasi dan pengawasan aktif dalam setiap tahapan pemulihan.

Sebelumnya, Direktur Utama GIAA Glenny Kairupan menyambut baik persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB ini sebagai tonggak penting dalam perjalanan pemulihan dan transformasi perseroan. Ia melihat dukungan ini sebagai cerminan kepercayaan terhadap visi strategis jangka panjang Garuda untuk bangkit.

Baca Juga: Api Amuk Rumah Warga Dekat HBI Banjarmasin Usai Salat Magrib

“Dukungan dari DAM sebagai bagian dari inisiatif pemerintah mencerminkan kepercayaan terhadap arah strategis dan visi jangka panjang kami dalam mewujudkan maskapai nasional yang sehat, tangguh, dan berkelas dunia,” kata Glenny, optimistis terhadap masa depan Garuda di tengah tantangan yang ada.

Glenny merinci alokasi suntikan modal sebesar Rp 23,67 triliun tersebut: sekitar Rp 8,7 triliun (37%) akan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja GIAA, yang secara spesifik mencakup pemeliharaan dan perawatan pesawat. Sementara itu, Rp 14,9 triliun (63%) akan dialirkan untuk mendukung operasional Citilink, dengan rincian Rp 11,2 triliun untuk modal kerja dan Rp 3,7 triliun untuk pelunasan kewajiban pembelian bahan bakar kepada Pertamina periode 2019-2021.

Baca Juga: Api Amuk Rumah Warga Dekat HBI Banjarmasin Usai Salat Magrib

Penyertaan modal ini akan direalisasikan melalui penerbitan 315,61 miliar lembar saham Seri D dengan harga pelaksanaan Rp 75 per lembar saham, sesuai kesepakatan RUPSLB. Glenny Kairupan menjelaskan bahwa langkah ini tidak hanya memperkuat posisi keuangan perusahaan, tetapi juga memastikan keberlanjutan pencatatan saham GIAA di Bursa Efek Indonesia (BEI), serta mendukung akselerasi transformasi jangka panjang maskapai menjadi lebih sehat dan kompetitif.

Baca Artikel Lainnya

Tinggalkan komentar