Said Abdullah, Pemuda Banjarmasin yang Tetap Berjuang di Tengah Derita Perlengketan Usus

by baritopost.co.id
0 comments 2 minutes read
Said Abdullah saat merintih sakit saat didampingi ayahnya, Habib Hud Alhabsyi. Warga Jalan Barito Hulu RT 29, Kelurahan Pelambuan, Kecamatan Banjarmasin Barat ini berharap bantuan dermawan, Minggu (12/10/2025). (foto: istimewa)

Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Tubuhnya kian kurus, namun semangatnya untuk sembuh belum padam. Said Abdullah Alhabsyi (23), pemuda asal Jalan Barito Hulu RT 29, Kelurahan Pelambuan, Kecamatan Banjarmasin Barat, telah hampir dua tahun berjuang melawan penyakit perlengketan usus (adhesi usus) yang membuatnya hanya bisa terbaring lemah di rumah.

Video Said yang menahan sakit sambil berharap uluran tangan dermawan kini beredar luas di media sosial, menggugah simpati banyak orang.

Pemuda yang akrab disapa Iyi itu awalnya hanya menjalani operasi usus buntu karena sulit buang air besar. Namun, tak lama setelah operasi, kondisinya memburuk. Perutnya membengkak, nyeri tak tertahankan, hingga dokter harus melakukan operasi kedua.

Sejak saat itu, luka bekas operasinya tak kunjung pulih. Setiap makanan yang masuk tak dapat dicerna tubuh dan justru keluar kembali melalui lubang usus yang terbuka.

> “Sakitnya kadang luar biasa, sampai tidak bisa tidur berhari-hari. Saya cuma ingin bisa makan seperti orang lain, bisa sembuh, dan hidup normal lagi,” lirih Said, Sabtu (11/10/2025) petang.

 

Kini berat badannya hanya 38 kilogram. Ia bertahan dengan perawatan sederhana di rumah yang dilakukan oleh sang ayah, Habib Hud Alhabsyi, dan sang istri, Lidyawati.

“Awalnya cuma operasi usus buntu, tapi malah jadi begini. Saya tidak menyangka sama sekali,” ucap Habib Hud, yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga feri penyeberangan di kawasan Banjarmasin Barat.

Setiap hari, Hud berusaha memenuhi kebutuhan perawatan sang anak mulai dari obat-obatan, jasa perawat, bedak khusus, hingga plastik steril untuk menutup luka. Meski begitu, biaya tambahan di luar jaminan BPJS Kesehatan cukup membebani keluarga sederhana ini.

“Kalau di rumah semua biaya sendiri. Kadang bingung juga, tapi tetap berusaha semampunya biar suami nyaman dan bisa istirahat,” tutur Lidyawati dengan mata berkaca-kaca.

 

Rumah kecil mereka kini menjadi saksi perjuangan Iyi melawan sakit yang belum kunjung reda. Di balik tubuh yang makin ringkih, harapan untuk sembuh masih terus menyala—bersandar pada doa, cinta keluarga, dan uluran tangan para dermawan.

Penulis : Arsuma
Editor : Mercurius

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Baca Artikel Lainnya

Tinggalkan komentar