Unggulkan Kearifan Lokal dan Kampanye 3 M
PEREMPUAN yang bekerja pada sektor informal di desa turut mengambil peran dalam upaya mencegah penularan Covid-19. Dengan cara sederhana, perempuan dapat menyampaikan pesan dengan mudah di sela aktivitas mereka. Misalnya ketika berdagang atau berjualan makanan dan minuman di warung.
Anggota Tim Pakar Penanganan Covid-19, dari Universitas Lambung Mangkurat, Profesor Syamsul Arifin mencontohkan, peran penting perempuan terlihat ketika menyampaikan teguran.
“Kalau menegur, biasanya perempuan bisa lebih halus daripada laki-laki. Orang yang ditegur pun menjadi tidak gampang naik darah .Artinya, perempuan dapat menjadi pengawas protokol kesehatan,” kata Syamsul Arifin akhir pekan tadi.
Beberapa jenis pekerjaan banyak dipercayakan kepada perempuan. Misalnya pramuniaga dan di pesawat terbang hampir semuanya adalah perempuan.
Pekerja perempuan juga menjadi pihak yang terdampak Covid-19. Meski demikian, mereka menjadi tidak gampang menyerah dan tetap menjalankan usahanya.
Misalnya yang dialami Farida, atau yang akrab disapa Acil Ida.
Penjual kopi dan makanan ringan di Desa Banua Hanyar, Kecamatan Batu Mandi, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalsel itu menuturkan, sebelum wabah Covid, dalam sehari bisa memperoleh minimal Rp 500 sampai 600 ribu.
“Sekarang menjadi sekitar Rp 250 ribu sehari. Karena banyak yang tidak berani keluar rumah atau jalan-jalan,” ujar Ida yang sejak tahun lalu menjadi viral di sosial media karena penampilannya yang modis dan berwajah cantik ini.
Bahkan bulan Oktober lalu, kembali beredar di sosial media video berisi tayangan Ida sedang menyampaikan himbauan untuk selalu disiplin protokol kesehatan kepada warganet.
Menurut Ida, yang warungnya pernah dikunjungi tamu dari Australia itu, sepanjang diperbolehkan berjualan oleh pemerintah, maka dirinya akan tetap berjualan.
Kemudian dirinya juga turut berpartisipasi menyebarkan pesan kepada pengunjung untuk mematuhi 3 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun,menjaga jarak).
Bukan hanya mengingatkan , Ida juga menyediakan tempat cuci tangan di warungnya.
Kearifan Lokal
Selain Ida, adalah Anita Permata dari Desa Harapan Baru, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan.
Anita yang berparas cantik dan modis ini juga memiliki warung yang menjual madu sebagai produk unggulannya.
Menurut Anita, ada tanggung jawab dirinya sebagai warga masyarakat dan pelaku usaha untuk turut berupaya menanggulangi pandemi Covid-19.
Kepada tamu yang berkunjung, Anita tidak segan-segan menjelaskan produk madu dan pentingnya menjaga kesehatan. Dengan demikian, Anita berkesempatan melakukan dua promosi, 1. promosi bisnisnya, 2. promosi kesehatan.
Karena Anita juga mengingatkan tamu agar menerapkan protokol kesehatan.
Biasanya dia menambah anjuran 3 M menjadi 4 M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan meningkatkan daya tahan tubuh /minum madu.
“Saya selalu menyediakan tempat cuci tangan dan hand sanitizer. Memang pada awal pandemi Covid, pendapatan agak drop. Kalau sebelumnya pelanggan datang dari berbagai kalangan. Di saat pandemi, yang membeli madu kebanyakan hanya pejabat, pekerja tambang dari Balangan dan dari luar daerah bahkan dari Pulau Jawa. Tetapi di masa new normal sekarang, mulai ramai lagi pelanggan datang membeli madu dan produk lainnya,” ungkap Anita yang menyatakan madu jualannya asli dari hutan di Kecamatan Halong.
Anita menyadari, pandemi belum berakhir. Daya beli dan perekonomian masyarakat belum pulih sepenuhnya. Sementara, kesehatan dan imun harus tetap terjaga yang salah satunya dengan mengonsumsi madu. Maka kepada konsumen, Anita memberikan potongan harga. Misalnya 1 botol varian “Madu Musim Panas” ukuran 250 mililiter, dari harga sebelumnya Rp 150 ribu menjadi Rp 130 ribu.
Berkait manfaat madu, Profesor Syamsul Arifin yang diminta tanggapannya mengatakan bahwa mengonsumsi madu termasuk upaya meningkatkan stamina dalam pemanfaatan kearifan lokal pada ranah gizi.
” Gizi seimbang juga akan membantu meningkatkan imunitas tubuh. Yang penting, sepanjang madu asli, yakni yang glukosanya sudah kecil pecahannya, maka aman untuk tubuh,” jelasnya.
Madu yang tidak asli, imbuh Syamsul, berbahaya bagi tubuh, karena mengandung pemanis buatan .
Jika bahan sintetis itu menumpuk dalam tubuh, maka menyebabkan penyakit diabetes yang akan menjadi komorbid Covid. Semakin banyak komorbid atau penyakit penyerta , maka semakin beresiko terserang Covid.
Sehingga Syamsul mengingatkan masyarakat untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan bersama-sama memutus rantai penularan Covid-19 di lingkungan masing-masing.
Berkait hal itu, Kepala Desa Banua Hanyar, Kecamatan Batu Mandi, Kabupaten Balangan, Samsudin mengungkapkan, pihaknya selalu memberikan sosialisasi kepada warga untuk mematuhi 3 M.
“Kami selalu himbau warga untuk mengikuti anjuran pemerintah. Warga desa kami banyak yang bertani dan menyadap karet, mereka terbiasa berjemur dan ini juga cara efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” kata Samsudin.
Samsudin juga mengatakan bahwa di saat pandemi belum berakhir, sosialisasi protokol kesehatan bukan hanya kepada warga, tetapi juga kepada pendatang.
Keberadaan warung Acil Ida di desanya menurutnya memang cukup efektif dalam membantu menyampanyekan 3 M.
Warung Acil Ida menjadi salah satu daya tarik daerah tersebut. Sehingga banyak warga lokal maupun orang dari luar Kabupaten Balangan yang singgah ke warungnya.
“Bahkan beliau (Acil Ida,red) sendiri yang mengingatkan kepada pengunjung untuk mematuhi anjuran pemerintah. Selain itu, sosialisasi di desa kami juga melalui aparat yakni kepolisian dan TNI,” ucapnya.
Penulis: Cynthia
1 comment
[…] Artikel Selengkapnya di baritopost.co.id […]