Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Pidato valedictory Ketua Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) Kalimantan Selatan periode 2019–2025, Kinurung Maleh, M.A., D.Th., menjadi momen penuh refleksi, penghargaan, dan harapan bagi masa depan cendekiawan Dayak di Banua.
Pidato tersebut dibacakan dalam Musyawarah Wilayah (Muswil) II ICDN Kalsel di hadapan pengurus DPN, DPW, DPD, tokoh adat, pemerintah daerah, serta para cendekiawan, di Gedung Mahligai Pancasila , Banjarmasin,Sabtu (6/12/2025)
“Valedictory sederhananya adalah sambutan perpisahan bagi mereka yang mengakhiri masa tugas dengan prestasi. Bukan karena segudang program, tapi karena enam tahun perjalanan ini layak dicatat sebagai tonggak,” ujar Kinurung membuka pidatonya.
Ia menyebut istilah valedictory ini sebagai “hak cipta Doktor baru Nasrullah”, yang bahkan bersedia menjadi seksi acara demi menjaga kualitas dan esensi momentum tersebut.
Enam Tahun Perjalanan: Refleksi Kolektif
Dalam pidatonya, Kinurung mengutip pesan legenda Dayak, Cilik Riwut, bahwa “Dayak adalah manusia merdeka; kemerdekaan itu dijaga melalui pengetahuan dan persaudaraan.”
Pesan itu, katanya, menjadi fondasi enam tahun kepemimpinan ICDN Kalsel—periode yang diwarnai pandemi Covid-19, perubahan ekologi, percepatan digital, hingga dinamika sosial politik Kalimantan Selatan.
“ICDN berusaha hadir bukan hanya sebagai organisasi, tetapi sebagai ruang pemikiran, dialog, dan advokasi berbasis budaya,” ujarnya.
Kinurung memaparkan sejumlah realitas strategis:
Transformasi wilayah akibat konektivitas dengan IKN.
Peningkatan industri ekstraktif.
Perubahan ruang hidup masyarakat adat.
Pemengaruh generasi muda oleh arus digital.
“Pertanyaannya: dimana posisi Dayak? Apa peran cendekiawan?” tegasnya.
Tiga Realitas Dayak di Kalsel Ia menyoroti tiga hal penting:
1. Representasi
Dayak sering dianggap minoritas secara jumlah, namun memiliki bobot kultural dan historis besar.
Solusi: memperkuat literasi sejarah Dayak.
2. Pemberdayaan Ekonomi
Sebagian masyarakat masih bergantung pada sektor tradisional.
Solusi: akses teknologi, modal, dan gagasan ekonomi.
3. Pendidikan & Kepemimpinan
Akses pendidikan tinggi masih timpang.
Solusi: memperkuat riset, beasiswa, dan kepemimpinan generasi muda.
Harapan untuk Kepengurusan Baru
Kinurung menekankan bahwa cendekiawan bukan hanya berpendidikan, tetapi berkomitmen memakai ilmu untuk kemajuan masyarakat.
Ia menyebut sederet tokoh Dayak inspiratif, dari Cilik Riwut hingga Willy M Yoseph, yang menjadi fondasi semangat Dayak Maju, Dayak Indonesia.
Harapannya untuk pengurus baru meliputi:
Menghasilkan riset berbasis data.
Mendampingi kebijakan daerah.
Membangun jejaring lintas budaya.
Mengembangkan literasi budaya.
Menguatkan SDM generasi muda.
Menjadikan ICDN rumah besar yang inklusif.
Kinurung menyampaikan terima kasih mendalam kepada pengurus ICDN Kalsel 2019–2025, panitia muswil, khususnya Ibnu Sina
ICDN Pusat,Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota, seluruh tokoh dan mitra lembaga
“Tanpa kebersamaan ini, enam tahun kepengurusan tidak akan meninggalkan jejak apa pun,” tegasnya.
Permohonan Maaf & Penutup
Dengan rendah hati ia meminta maaf atas kekurangan kepemimpinannya.
Pidato ditutup dengan pantun Dayak–Banjar serta pesan kuat:
“Saya bukan berpamitan, tetapi menyerahkan tongkat estafet dengan syukur.
ICDN akan tumbuh, cendekiawan akan solid, dan Dayak Kalimantan Selatan akan semakin dihargai.” tutupnya
Penulis/Editor : Mercurius
Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya