Habib Farhan Husien Minta Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Tuntaskan Polemik Tayangan Trans7

by baritopost.co.id
0 comments 2 minutes read
Anggota Fraksi PKB DPRD Provinsi Kalsel Habib Farhan Husien.(foto : ist)

Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Salah satu acara Trans7, yakni Xpose Uncensored pada 13 Oktober 2025, yang menayangkan segmen dianggap kurang sensitif karena menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri hingga menuai reaksi keras dari berbagai pihak, terutama dari keluarga besar pesantren.

Karena tayangan di televisi swasta itu dinilai menghina dan melecehkan para kiai pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dan santrinya, sehingga menimbulkan kegaduhan yang berujung kecaman, termasuk di Kalimantan Selatan.

Mereka yang mengkritik tayangan Trans7 karena menilai tayangan tersebut sangat provokatif, menyudutkan dan merendahkan keberadaan pondok pesantren dan para kiainya bahkan berpotensi memecah belah umat muslim di negeri ini.

Karena itu salah seorang anggota DPRD Provinsi Kalsel

Habib Farhan Husien, angkat bicara dan turut mengecam tayangan Trans7, sebab, menurut politisi PKB ini kondisi di pondok pesantren sebetulnya tidak seperti apa yang digambarkan seperti tayangan di salah satu televisi swasta tersebut.

“Tayangan Trans7 itu sangat menyudutkan dan tidak benar. Itu freming dan ini bahaya bisa pecah belah umat muslim,” tegas Habib Farhan di Banjarmasin, Kamis (16/10/2025).

Anggota Komisi III DPRD Kalsel yang juga pernah mondok di pesantren di Pulau Jawa menjelaskan, soal santri berjalan jongkok, menghadap kiyai atau rutin membersihkan ruangan atau lingkungan pondok, itu merupakan tradisi mendidik adab, sopan santun hingga disiplin yang ditanamkan sejak dini kepada para santri, sehingga nantinya lulusan pondok pesantren benar-benar punya kualitas selain pengetahuan agama, baca quran, juga sikap prilaku yang sesuai dengan harapan semua orang tua mereka serta demi bangsa dan negara.

“Kita kan tahu, jangankan para santri, masyarakat umum, baik itu kalangan orang miskin, kaya, terpelajar maupun kalangan pejabat, itu pasti hormat jika bertemu seorang kiyai atau ulama. Nah ini tayang visual atau pemberitaan jangan di framing seperti itu,” tandasnya.

Wakil rakyat ini juga meminta kepada Dewan Pers dan Komisi Penyiaran untuk proaktif dan serius menyikapi dan menuntaskan kasus heboh yang menuai protes, baik dari para santri dan kiyai Lirboyo, juga dari PBNU dan lainnya.

“Saya meminta kepada Dewan Pers dan Komisi Penyiaran, termasuk lembaga terkait lainnya turun tangan menuntaskannya, karena ini berkaitan dengan pemberitaan, yakni tayangan visual di televisi,” terangnya.

Sebelumnya, tayangan kontroversial Trans7 melalui program Xpose Uncensored pada 13 Oktober 2025 sempat menvisualkan Kiai Anwar Manshur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dan para santri yang dinarasikan negatif.

Kalangan menilai apa yang disajikan Trans7 bukan sekadar “salah tayang” namun penghinaan, dengan narasi ngawur dan dibacakan dengan gaya yang merendahkan disertai visual dan caption yang secara sistematis membangun framing jahat terhadap para kiai. (Nadirsyah Hosen) dalam artikelnya.

 

Editor/* : Sophan Sopiandi

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Baca Artikel Lainnya

Tinggalkan komentar