Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Monitoring ke Integrated Terminal (IT) Pertamina Banjarmasin oleh Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) untuk meminta penjelasan terkait distribusi BBM jenis Pertalite dan Pertamax.
Ketua Komisi III DPRD Kalsel Mustaqimah berharap Pertamina memastikan pengawasan lebih ketat di jalur distribusi hingga level SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) agar BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis pertalite dan pertamax mudah didapatkan masyarakat.
“Iya pastinya melakukan pengawasan secara berkala agar tidak terjadi lagi hal-hal yang merugikan. Secara keseluruhan tadi, kalau mendengar dari penjelasan, cukup aman. Mereka sudah melakukan investigasi dan cepat dalam proses penanganan,” ujarnya.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Edi Mangun, pihaknya secara teratur melakukan monitoring dan sistem pengawasan suplai BBM ke SPBU pun sesuai ketentuan.
“Suplai ke SPBU itu selalu termonitor bukan hanya dari Pertamina tetapi BPH Migas. SPBU juga ada CCTV, jadi kalau soal monitor kami pastikan itu ketat,” ujarnya.
Sementara itu, Manager Depo Pertamina Patra Niaga, Suriandri Dwi Kusuma memberikan penjelasan terkait standar pemeriksaan dan kualitas produk BBM yang disalurkan dari Depo Pertamina.
“Pertamina Patra Niaga selalu menjamin produk yang kami keluarkan dari lokasi melalui pemeriksaan mulai dari sebelum bongkar kapal, kemudian pada saat penerima di dalam tangki, juga sebelum produk ini disalurkan ke mobil tangki. Ini semuanya sudah melalui pemeriksaan sesuai dengan SK Dirjen Migas. Sudah kami pastikan ketika produk ini keluar dari lokasi kami semuanya sudah clear,” jelasnya.
Pertemuan Komisi III DPRD Kalsel dan PT Pertamina Patra Niaga
Menurutnya, memang ada perubahan pola konsumsi masyarakat di Kalimantan Selatan yang berdampak pada peningkatan permintaan Pertamax.
“Ini fenomena yang cukup unik di Kalsel karena masyarakat beralih dari dimensi sebelumnya ke Pertalite ke Pertamax. Pertamax mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Ini sedang kami proses recovery untuk pemulihan agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,” tambahnya.
Perwakilan Pertamina memastikan seluruh produk BBM yang keluar dari terminal sudah melalui prosedur pemeriksaan ketat sesuai ketentuan SK Dirjen Migas.
“Pemeriksaan dilakukan sejak sebelum proses pembongkaran kapal, saat penyimpanan di tangki timbun, hingga sebelum BBM disalurkan ke mobil tangki pengangkut menuju SPBU,” imbuhnya.
Terkait kelangkaan Pertamax yang terjadi di sejumlah SPBU, Pertamina mengakui adanya lonjakan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi, dipicu pergeseran konsumen dari Pertalite ke Pertamax.
Berdasarkan paparan Pertamina, saat ini terjadi peningkatan permintaan sekitar 10 persen di atas kondisi normal.
Untuk mengantisipasi kebutuhan BBM jelang Haul Guru Sekumpul, Natal, Tahun Baru, dan libur sekolah, Pertamina menyiapkan sejumlah strategi, di antaranya meningkatkan stok di terminal, menambah jam operasi penyaluran, menaikkan kapasitas angkut mobil tangki, serta menambah armada dari IT Banjarmasin.
Saat ini penyaluran harian tercatat berkisar 1.400–1.500 kiloliter untuk Pertalite dan 400–500 kiloliter untuk Pertamax. Pertamina menyebut peningkatan permintaan yang tiba-tiba serta kemungkinan adanya pengambilan dari luar lembaga resmi turut memengaruhi ketersediaan di lapangan.