Cerahkan Isu Perdagangan Kabon, Tim Bima ULM Adakan Sosialisasi Kepada Petani Karet

by baritopost.co.id
0 comments 2 minutes read
Peserta Sosialisasi dari petani di Balangan dan Tapin usai pembinaan yang dilaksanakan BIMA ULM, Sabtu (6/9/2025). (foto:istimewa)

Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID Beberapa petani di Kabupaten Balangan dan Tapin mengeluhkan, pemanfaatan pohon Kayu karet di wilayahnya masih terkendala proses pembuatan menjadi briket. Untuk itu dia berharap ada pembinaan atau solusi dari pihak terkait guna mengembangkannya, Sabtu (6/9/2025).

Salah satunya dari Ketua kelompok tani Sungai Raya, Hairil, menjelaskan bahwa luasan dan produksi kebun karet berubah seiring dengan fluktuasi harga dan umur tanaman. Pohon karet ditebang dan dijadikan arang ketika harga anjlok atau tanaman memasuki usia tidak produktif.

Pembuatan arang dilakukan di dalam tungku yang jumlahnya mendekati 300 unit tungku. Petani terkendala ekonomi pada masa transisi antara penebangan pohon tua dan menunggu tanaman pengganti menghasilkan yang dapat mencapai durasi delapan tahun.

Hal ini diperparah dengan karakteristik arang karet yang mudah remuk sehingga harga jualnya lebih rendah dari arang lainnya. Seperti Pengrajin arang, bernama Misran, mengaku bahwa arang dari pohon karet banyak dibuang karena ukurannya kecil sehingga tidak memenuhi kriteria pembeli.

Menjawab leluhan itu riset pihak ULM yakin bahwa arang dapat dijadikan briket. “Arang kayu karet yang remuk dapat dijadikan briket dengan mesin press,” kata Prof Dr. Abdul Ghofur, anggota tim BIMA ULM menanggapi permasalahan pentani.

Profesor yang merupakan dosen dari program studi teknim mesin ini pun berjanji untuk memfasilitasi tersedianya mesin press bagi kelompok tani Sungai Raya. Hal itu guna mempercepat pembuatan briket dari pohon karet.

Sementara itu Pakar ilmu kehutanan yang juga merupakan anggota tim BIMA, Agus Mawardi, mengemukakan bahwa asap dari tungku tradisional dapat dicairkan dan diproses untuk menghasilkan teer pengawet bangunan, herbisida, dan bahan bakar minyak.

Perdagangan karbon berpotensi meningkatan kesejahteraan petani karet sebagai solusi masalah fluktuasi harga karet, Minggu (7/9/2025). Hal ini dikatakan Prof Ir H Abdul Hadi, M.Agr., Ph.D mengawali sosialisasi yang berlangsung di Kecamatan Batu Mandi, Kabupaten Balangan baru-baru ini.

“Peraturan mentri Lingkungan Hidup membuka kemungkinan perdagangan karbon antara usaha atau kegiatan yang melakukan pengimbangan emisi (carbon offset). Dengan pelaku usaha yang melebihi batas atas emisi GRK seperti pertambangan batu bara” lanjutnya.

Hasil penelusuran Barito Post menunjukkan bahwa Perkebunan karet di Kabupaten Balangan memiliki sejarah panjang, jauh sebelum kabupaten tersebut terbentuk pada tahun 2003.

Meskipun berfluktuasi dari tahun ke tahun, karet merupakan tanaman perkebunan terluas dibandingkan komoditas perkebunan lainnya sepanjang sejarah Kabupaten Balangan. Sejalan dengan dominansi komoditas, maka petani yang terlibat dalam usaha perkaretan ini merupakan proporsi terbesar di semua kecamatan di Kabupaten Balangan.

Ke depan BIMA ULM dapat menfasilitasi instalasi penangkap asap cair dan pendampingan untuk pemanfaatan asap cairnya”, kata Prof Hadi melanjutkan. Lebih rinci ia menjelaskan bahwa kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat yang didanai oleh Kementrian Pendidikan Tinggi,
Riset, dan Teknologi.

“Kegiatan sosialisasi akan diikuti oleh pendampingan penghitungan pengimangan karbon. “Kita juga akan menyambungkan petani dengan perusahaan tambang, pemerintah daerah, dan KADIN untuk memperkuat sehingga menjadi BUMDes atau UMKM,”pungkas Abdul Hadi.

Penulis : Arsuma

Baca Artikel Lainnya

Tinggalkan komentar