Aktualisasi Islam dalam Kehidupan

Oleh: H. Mulyono Hadi, ST Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta

Pendahuluan
Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya hadir sebagai sistem ibadah ritual, tetapi juga sebagai panduan hidup yang menyeluruh (syumuliyyah), mencakup segala aspek kehidupan manusia. Dalam konteks sosial, Islam tidak dapat dilepaskan dari budaya, karena agama diturunkan kepada umat manusia yang hidup dalam kerangka budaya tertentu. Oleh karena itu, interaksi antara agama dan budaya menjadi ruang penting bagi aktualisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modernis yang lahir di Indonesia pada awal abad ke- 20 telah memainkan peran signifikan dalam membumikan nilai-nilai Islam melalui pendekatan purifikasi dan dinamisasi. Gerakan ini menempatkan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan utama sekaligus mengembangkan pemikiran Islam yang rasional, ilmiah, dan progresif.
Artikel ini akan mengulas dua pokok utama: pertama, bagaimana Muhammadiyah memandang hubungan antara budaya dan agama; kedua, bagaimana Muhammadiyah mengaktualisasikan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan umat dan bangsa.

A. Budaya dan Agama dalam Perspektif Muhammadiyah
1. Konsep Budaya dan Agama
Budaya (culture) merupakan keseluruhan cara hidup, nilai, norma, kebiasaan, adat, bahasa, dan simbol-simbol yang berkembang dalam suatu masyarakat. Agama, dalam pengertian Islam, adalah sistem nilai dan keyakinan yang bersumber dari wahyu ilahi dan menjadi pedoman hidup manusia.
Agama bersifat transenden dan absolut, sementara budaya bersifat profan dan relatif. Meskipun berbeda asal dan sifat, dalam kenyataannya budaya dan agama tidak selalu berseberangan. Bahkan, dalam banyak kasus, budaya menjadi medium untuk menyampaikan pesan-pesan agama.
2. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya

Muhammadiyah memiliki sikap selektif terhadap budaya. Dalam dokumen resmi seperti “Kepribadian Muhammadiyah” (1962) dan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” (MKCH, 1969), disebutkan bahwa Muhammadiyah menerima budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan menolak budaya yang syirik, bid‘ah dhalalah, tahayul, dan khurafat.
Sikap ini sering disebut sebagai pendekatan “purifikasi dan dinamisasi”. Purifikasi merujuk pada pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur budaya yang menyimpang dari tauhid, sedangkan dinamisasi berarti menghidupkan budaya yang produktif, kreatif, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
3. Contoh Penerapan
Dalam praktiknya, Muhammadiyah menolak berbagai bentuk budaya yang dianggap bertentangan dengan tauhid, seperti upacara sedekah laut yang bercampur dengan unsur animisme. Namun di sisi lain, Muhammadiyah menerima budaya lokal yang mengandung nilai etika dan sosial positif, seperti tradisi gotong royong, kenduri dalam bentuk tasyakuran yang murni, dan pengajian sebagai sarana pembelajaran.
Muhammadiyah juga berupaya membangun budaya baru dalam masyarakat melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam.
4. Peran Pendidikan sebagai Sarana Perubahan Budaya
Pendidikan adalah alat utama Muhammadiyah dalam transformasi budaya. Melalui ratusan sekolah, universitas, dan pesantren modern, Muhammadiyah membangun budaya literasi, kerja keras, kejujuran, dan kepedulian sosial. Pendidikan Muhammadiyah tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral keislaman dan kebangsaan.

B. Muhammadiyah dan Aktualisasi Ajaran Islam
1. Landasan Teologis dan Ideologis
Muhammadiyah berpijak pada prinsip bahwa Islam adalah agama yang progresif (din al- hadlarah) dan mendorong pemeluknya untuk selalu melakukan ijtihad. Al-Qur’an dan Sunnah adalah sumber utama, tetapi penafsiran terhadap keduanya dilakukan dengan pendekatan rasional, kontekstual, dan ilmiah.
Dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, dijelaskan bahwa tujuan hidup seorang Muslim adalah menegakkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Oleh karena itu, aktualisasi Islam bukan hanya dalam bentuk ibadah mahdhah (ritual), melainkan juga ibadah sosial dan transformasi peradaban.
2. Bidang Pendidikan
Salah satu bentuk nyata aktualisasi ajaran Islam dalam kehidupan adalah melalui bidang pendidikan. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai pilar utama gerakan dakwahnya. KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah modern yang menggabungkan pelajaran agama dengan ilmu pengetahuan umum.

Kini, Muhammadiyah mengelola lebih dari 170 perguruan tinggi, ribuan sekolah dasar hingga menengah, serta pesantren yang mencetak kader umat dan bangsa. Pendidikan menjadi sarana aktualisasi nilai-nilai Islam yang mendorong kemajuan, kejujuran, dan kemandirian.

 

3. Bidang Kesehatan dan Sosial
Aktualisasi Islam juga diwujudkan dalam pelayanan sosial dan kesehatan. Muhammadiyah telah membangun ratusan rumah sakit, klinik, dan panti asuhan di seluruh Indonesia. Prinsip Islam tentang kasih sayang (rahmatan lil alamin) diterjemahkan dalam pelayanan yang profesional, terbuka, dan tanpa diskriminasi.
Dalam konteks bencana atau krisis kemanusiaan, Muhammadiyah melalui MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) aktif memberikan bantuan, menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang peduli dan solutif terhadap persoalan kemanusiaan.
4. Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan
Muhammadiyah juga mengaktualisasikan ajaran Islam dalam bidang ekonomi melalui gerakan ekonomi umat. Berbagai koperasi, BMT (Baitul Maal wa Tamwil), dan usaha mikro dikelola dengan prinsip syariah. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam tentang keadilan ekonomi dan pelarangan riba.
Ekonomi Islam yang diperjuangkan Muhammadiyah tidak hanya bertujuan pada keuntungan material, tetapi juga pemberdayaan dan keadilan sosial.
5. Dakwah Kultural dan Intelektual
Muhammadiyah mengembangkan model dakwah kultural dan intelektual. Dakwah tidak hanya dilakukan di masjid, tetapi juga melalui media massa, seni, sastra, dan budaya populer. Contohnya adalah Majalah Suara Muhammadiyah yang telah terbit sejak 1915 dan terus menjadi media edukasi umat.
Di tingkat intelektual, Muhammadiyah mengembangkan wacana Islam yang mencerahkan (Islam Berkemajuan), melalui diskusi akademik, penelitian, dan publikasi ilmiah.
6. Politik Nilai, Bukan Praktis
Muhammadiyah tidak menjadi partai politik, tetapi tetap memberikan kontribusi dalam kehidupan kebangsaan melalui politik nilai. Muhammadiyah mengembangkan Islam wasathiyah (moderat) dan aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial, demokrasi, dan hak asasi manusia.
Sikap kritis terhadap kebijakan publik dan kontribusi dalam perumusan undang-undang yang sejalan dengan nilai-nilai Islam adalah bagian dari aktualisasi ajaran Islam dalam konteks negara modern.

C. Islam sebagai Agama Peradaban

1. Islam Berkemajuan
Gagasan “Islam Berkemajuan” yang dikembangkan oleh Muhammadiyah merupakan konsep aktualisasi Islam yang tidak stagnan, tetapi terus bergerak dinamis dalam menjawab tantangan zaman. Islam bukan hanya tentang masa lalu yang gemilang, tetapi juga tentang masa depan yang visioner.
Islam Berkemajuan menjadikan akal sehat, ilmu pengetahuan, dan moralitas sebagai kekuatan untuk membangun peradaban. Dalam hal ini, Muhammadiyah menempatkan dirinya sebagai pelopor kemajuan umat dan bangsa.
2. Konstruksi Sosial Islam dalam Kehidupan Modern
Muhammadiyah memandang bahwa modernitas dan Islam tidak bertentangan. Sebaliknya, nilai-nilai Islam dapat menjadi pondasi bagi modernitas yang berkeadilan. Oleh karena itu, Muhammadiyah mengembangkan institusi modern—sekolah, rumah sakit, universitas, lembaga sosial—yang semuanya berorientasi pada pencapaian maqashid al-syari‘ah.
Aktualisasi Islam dalam kehidupan modern, menurut Muhammadiyah, harus membumi dan menjawab kebutuhan riil masyarakat, bukan sekadar slogan atau simbolisme.

Penutup
Muhammadiyah telah membuktikan bahwa Islam dapat dan harus diaktualisasikan dalam semua aspek kehidupan. Melalui pendekatan selektif terhadap budaya, Muhammadiyah membangun sintesis antara nilai Islam dan tradisi lokal yang positif. Melalui gerakan pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial, Muhammadiyah menjadikan Islam sebagai kekuatan pembebas, pencerah, dan pemberdaya.
Dalam konteks dunia modern yang penuh tantangan, Muhammadiyah menawarkan wajah Islam yang inklusif, progresif, dan solutif. Islam tidak hanya menjadi identitas spiritual, tetapi juga menjadi kekuatan sosial dan peradaban yang membentuk masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat.

Related posts

Kerusakan Ekosistem Karena Ulah Manusia

Pengelolaan dan Pengaturan Pembukaan Lahan Gambut: Antara Larangan Pembakaran dan Kearifan Lokal di Indonesia

‘Menolak Pembakaran Lahan Gambut demi Masa Depan yang Lebih Aman’