Pendidikan, Solusi Problematika Bangsa

by baritopost.co.id
0 comment 3 minutes read

Banjarmasin, BARITO – Solusi dari semua persoalan yang sedang melanda bangsa ini, yatu korupsi, politik kebangsaan dan Pancasila, adalah pendidikan.

Karena pendidikan merupakan pondasi dalam membangun bangsa, termasuk membangun manusia secara umum

Demikian tema yang dibahas dalam Program “Palidangan Noorhalis” yang disiarkan langsung di Pro 1 RRI Banjarmasin, Kamis, (13/2/2020)  pukul 10.00-11.00 wita.

Program milik Noorhalis Majid, aktivis senior di Kalsel, kali ini menghadirkan

Reja Pahlevi,  seorang akademisi dan penulis buku “Melawan dengan Pendidikan”.

Reja mengungkapkan, problem mendasar bangsa ini, yang membuatnya kerap mengalami  “jalan ditempat”, adalah korupsi.

Korupsi dirasakan tidak pernah surut, politik kebangsaan dibajak kelompok oligarkhi, dan Pancasila yang selalu diragukan karena dianggap tidak operasional.

” Tidak ada cara melawan itu semua, kecuali dengan pendidikan. Buku in berisi kumpulan tulisan saya sejak tahun 2014 sampai 2019, jumlahnya ada 42 artikel.  Pernah dimuat di sejumlah media massa, baik cetak maupun media elektronik,” ujarnya.

Reja yang merupakan pengajar mata kuliah PPKn di Universitas Lambung Mangkurat  menilai, permasalahan yang melanda bangsa ini, yatu korupsi, politik kebangsaan dan Pancasila, adalah pendidikan. Karena, imbuhnya, pendidikan merupakan pondasi dalam membangun bangsa, termasuk membangun manusia secara umum.

“Kita ketahui, kualitas pendidikan kita masih sangat rendah, dibawah Thailand, dan hampir saja dibalap Vietnam, karena Vietnam sudah berada di bawah Indonesia. Sehingga jangan heran  korupsi masih merajalela, dan politik juga penuh dengan politik uang, termasuk problem Pancasila, “lanjut Reja.

Dia mengakui, bahwa pemahaman Pancasila pada generasi sekarang sangatlah kurang.

“Membicarakan Pancasila dianggap kurang seksi, tidak penting. Lihat saja kalau anak-anak remaja ngumpul di kafe atau tempat nongkrong lainnya, adakah yang membicarakan Pancasila, sama sekali tidak akan dibicarakan, karena dianggap tidak menarik,” ucapnya.

Lantas bagaimana di kampus sendiri? Apakah Pancasila di bicarakan, tetapi menurutnya cuma sebatas mata pelajaran.  “Karena Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah wajib. Apapun jurusan dan fakultasnya, wajib belajar tentang Pancasila. Hanya saja, sebatas menjadi mata pelajaran, parsial. Tidak menyeluruh. Seharusnya, semua pelajaran di kampus bermuara pada Pancasila,” cetusnya.

Dalam bukunya, Reja juga menyinggung politik. Dia melihat, politik masih diwarnai dengan praktik  “serangan fajar”, penuh transaksional.

“Maka jangan berharap pemimpin yang baiman, bauntung, batuah. Karena ketika transaksional, menggambarkan tidak beriman, karena menyuap pemilih untuk minta dipilih, bukan sikap dan tindakan orang beriman,” kata Reja.

Pada sesi dialog interaktif, beberapa pendengar memberikan pendapatnya melalui sambungan telepon.

Arya di Kapuas, menyoal tentang pendidikan yang dianggap penulis mampu melawan korupsi. Tetapi menurut Arya,  kepala daerah yang pendidikannya cukup tinggi justru melakukan korupsi.

Sementara itu, Saddam,warga Kota Banjarmasin mengaku setuju perlunya Pendidikan Pancasila.

“Kita kurang mengamalkan Pancasila. Misalnya sila Ketuhanan yang Maha Esa. Semestinya kalau sila itu diamalkan, akan membentuk sikap dan perilaku  untuk toleran kepada orang lain. Sila kemanusiaan, menumbuhkan kesadaran untuk peduli kepada sesama manusia, dan seterusnya. Dulu ada mata pelajaran civic, tentang bagaimana sikap selaku warga negara yang baik. Sekarang pelajaran itu tidak ada lagi,” bebernya.

Di bagian akhir acara, Reja menegaskan bahwa inti dari buku yang ditulisnya adalah bahwa dirinya ingin memberikan contoh agar masyarakat/pembaca terpanggil untuk belajar menulis ataupun mau menulis.

“Poin yang kedua, buku ini adalah sebagai bahan bacaan. Saya menyakini bahwa korupsi yang akut di negeri ini dapat dilawan dengan pendidikan.  Singapura, dengan kualitas pendidikan lebih baik, tidak ada lagi korupsi. Begitu juga dengan Jepang, mereformasi pola hidupnya melalui pendidikan,” jelasnya.

Ketiga, pesan yang ingin disampaikan dalam buku ini, jangan takut untuk belajar. Belajar hari ini, akan menuai hasil di masa depan.

“Terakhir, kalau ingin mendapatkan buku ini, silahkan datang ke Kampung Buku, kami membuat kampung literasi di Jalan Sultan Adam. Di sana ada beberapa kios buku dan kafe. Sambil minum kopi, bisa baca buku,” ucapnya.

Penulis: Cynthia

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment