Pembangunan Mesjid Cheng Ho Masih Terkendala Lahan

by admin
0 comment 2 minutes read

Banjarmasin, BARITO
Wacana pembangunan Mesjid Muhammad Cheng Ho di Kota Banjarmasin sampai sekarang belum terwujud lantaran masih terkendala pembebasan lahan. Padahal, masjid yang digagas komunitas Muslim China ini sempat dilakukan peletakan batu pertama pada Pebruari 2012, oleh H Muhidin saat menjabat Wali Kota Banjarmasin.
“Lahan sudah ada, tinggal menunggu kebijakan wali kota (Ibnu Sina,red) terkait pembebasan lahan yang dulu pernah dijanjikan membantu,” ujar Ketua Persatuan Iman Tauhid Islam (PITI) Kalsel, H Winardi Sethiono di Banjarmasin, Jumat (18/1).
Lahan dimaksud Win (sapaan Winardi), merupakan lahan baru di kawasan Kelurahan Pekapuran Darat. Sebelumnya, direncanakan mesjid ini dibangun di kawasan Siring Jalan Piere Tendean Banjarmasin.
Dikatakan, biaya Mesjid Muhammad Cheng Ho ini ditaksir Rp3 miliar dengan desain bangunan berbentuk kapal, layaknya kapal Laksamana Cheng Ho seorang panglimaperang berangsa Cina yang beragama Islam. Masjid didesain dengan arsitektur arsitektur budaya Cina dan budaya Suku Banjar.
“Sudah banyak yang bersedia membantu biaya (donator,red), tapi kita belum berani menerima karena belum ada kepastian kapan pembangunan bisa dilaksanakan,” ujar Win.
Keberadaan mesjid ini lanjutnya, selain untuk keperluan ibadah dan kegiatan keagamaan, juga sebagai syiar Islam sekaligus menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung dan masyarakat yang melihatnya.
Sesuai ornament mesjid yang bernuansa China dengan Budaya Banjar dengan bentuk dasarnya seperti perahu tambangan (perahu khas Banjar), letak bangunan sengaja dipilih dikawasan pinggir sungai.
Saat ini, di sejumlah kota, terbangun Mesjid Muhammad Chen Ho seperti di Surabaya, Batam, Purbalingga, Pasuruan, Palembang, dan lain-lain. Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab menjadi ciri khas masjid ini.
Arsitektur Mesjid Muhammad Cheng Ho diilhami Mesjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota mesjid.
Penamaan masjid merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Ho, Laksamana asal Tiongkok yang beragama Islam. Pada abad ke 15 pada masa Dinasti Ming (1368 – 1643)) orang-orang Tionghoa dari Yunnan mulai berdatangan untuk menyebarkan agama Islam, terutama di pulau Jawa.
Saat itu, Laksamana Cheng Ho (Admiral Zhang Hee) atau yang lebih dikenal dengan Sam Poo Kong atau Pompu Awang pada tahun 1410 dan tahun 1416 dengan armada yang dipimpinnya mendarat di pantai Simongan Semarang. Selain itu dia juga sebagai utusan Kaisar Yung Lo untuk mengunjungi Raja Majapahit yang juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. slm

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment