Pemahaman Tasawuf Secara Umum ke Masyarakat

by admin
1 comment 2 minutes read
Dr Maimunah Zarkasi saat menyampaikan materi mengenal pemahaman tasawuf Muhammad Arsyad Albanjari’ di Aula Uniska, Rabu (31/10).

Banjarmasin, BARITO – Dosen-dosen Uniska, mahasiwa, dan ormas serta Kepolisian hadiri acara diskusi ‘Mengenal pemahaman tasawuf Muhammad Arsyad Albanjari’ di Aula Uniska, Rabu (31/10).

Acara yang dinarasumberi oleh Dr Maimunah Zarkasyi, Ahli tasawuf Banjarmasin itu dibuka oleh Wakil Rektor I Uniska, DR Jarkawi.

Jarkawi menuturkan, acara tersebut dilakukan sebagai memberikan wawasan kepada masyarakat agar tidak salah dalam memandang ilmu tasawuf, yang dimana pada intinya tasawuf bagaimana cara  kita mendekatkan pada yang Khalik (Allah SWT).

“Mudahan ini bisa mejadikan ilmu tambahan mengenai tasawuf dan bisa dimengerti keilmuan ini tanpa memandang sebelah mata,” katanya setelah acara.

Sementara itu narasumber, Maimunah Zarkashi mengatakan, pengertian sederhana taswuf adalah bagaimana cara mengenal Allah secara hakiki. Namun, kenyataannya di masyarakat ilmu itu dianggap tidak penting dan ada gemar ajaran tasawuf dan tarekat mencari kehebatan tenaga dalam, sementara tidak untuk taqarrub kepada Allah.

Hal tersebut yang harus digaris bawahi bahwa belajar tasawuf itu harus didahului pelajaran Tauhid. “Pelajari Tauhid dulu baru Tasawuf” katanya.

Maimunah yang sudah cukup lama mendalami pemahaman tasawuf oleh Muhammad Arsyad Albanjari ini, ia menjelaskan lagi taswuf memang sering gagal dipahami orang awam, yang mengakibatkan lupa dengan syar’i.

Karena sebab itu juga, muncul perbedaan pendapat dan perselisihan sehingga banyak ulama tidak mau mempelajari tasawuf.

Sebenarnya bila diambil pemahaman dasar tasawuf berawal dari tauhid, dan itu dibagi lagi penjelasannya seperti tauhid tertinggi meyakini allah yang maha esa pada zatnya, sifat nya, dan af’al Nya.

Ada juga yang menggunakan konsep ‘Fana’, menurut Al Banjari  tiada satupun di alam ini melainkan hanya  Allah yang ada. Kemudian ‘Fana diri’, atau wujud diri yang ada kecuali yang dikenali hanya wujud Allah SWT.

“Saya ada menemui seorang ustad yang tidak mau mengakui diri, melainkan menyebut dirinya hamba dan kami. itu kemudia saya pikirkan mungkin ia mengamalkan ‘Fana diri’ dalam tauhid,” tuturnya.

Ia mengakhiri, Kesimpulan menurut Albanjari pemikiran tasawuf Al Banjari merujuk pada ulama sufi aliran tasawuf akhlaqi amali (sunni) dan tasawuf nadjari (falsafi) tasawuf tertinggi menurut Al Banjari adalah ‘fana fii’ tauhid dan ajaran takarrub kepada Allah dan tata cara berdzikir.   dan

Baca Artikel Lainnya

1 comment

Leave a Comment