Insentif Perawat Covid 19 ‘Disunat’

by baritopost.co.id
0 comment 3 minutes read

Pelaihari,BARITO-Keresahan para perawat di RSUD H.Boejasin Pelaihari muncul, menyusul adanya pemotongan insentif bagi perawat yang bertugas menangani pasien covid 19. Dana insentif covid 19 dari APBN itu terjadi pemotongan berkisar Rp 2,5 juta dari total yang mereka terima sebesar Rp 7,5 juta, sehingga jasa para perawat covid 19 itu pun akhirnya merasa ada perampasan dari pihak manajemen RSUD H.Boejasin.

“Ya, sepihak melakukan pemotongan insentif perawat covid 19 yang susah payah bekerja. Jasa perawat covid 19 ini sejak bulan September 2020 sampai sekarang belum dicairkan. Dari Kemenkes RI hak untuk perawat covid 19 itu sebesar Rp 7.500.000, maka dipotong menajemen jadi Rp 5.000.000, diminta tanda tangan dan menolak serta diancam, padahal masuk Rp 7.500.000 ke rekening, sehingga pihak menejemen meminta Rp 2.500.000,”terang salah seorang perawat.

Menurutnya, ini hak para perawat RSUD lama yang dapat Rp 7.500.000 utuh tanpa dipotong, betapa capek dan lelahnya kami, bahkan pihak menajemen banyak menerbitkan SK yang bukan perawat, pendek kata banyak premanismenya. Kami minta surat pemotongan dari Pusat tidak bisa menejemen memperlihatkan, sehingga terkesan sepihak saja, sementara pada daerah lain tidak ada pemotongan.

“Jujur saja mulai bulan Mei premanismenya banyak, yang tidak kerja dapat SK, duit covid 19 habiskan RSUD untuk bagi-bagi menejemen. Setiap Kasi dan Kabid dapat uang covid. Admin saja di menajemen dapat, contohnya Umpeg kasinya dapat bawahannya dapat lagi 2, 2 orang dapat Rp 15 juta, dan itu dibaginya diruangan itu berlima padahal bukan hak dia,”bebernya.

Mengenai potongan Rp 2,5 juta tersebut, Direktur RSUD H.Boejasin Pelaihari Isna Farida Senin, (28/12) dikonfirmasi menjelaskan, pada bulan Juli dan Agustus dananya cukup sehingga sesuai dengan jumlah yang diajukan, sementara yang ini dari Pusat saldonya sisa Rp 1,3 milliar. Setiap bulannya untuk peruntukan jasa insentif sebesar Rp 17 milliar termasuk di Puskesamas juga. Maka sisa dana Rp 1,3 milliar untuk bulan September dikurangilah jatahnya, yang biasanya untuk 74 tenaga kesehatan plus perawatnya, dan karena dananya kurang maka data yang ada cuma 40 orang yang langsung masuk kerekening, maka mau tidak mau tidak bisa dibagikan sama rata lagi. Sudah diminta kepada 40 orang tersebut agar membagikan kepada temannya yang tidak dapat dengan diambilkan sebesar Rp 2,5 juta yang disertai list dan tanda terima. Diakui, tidak semua mungkin yang tidak menyisihkan karena masuk kerekening pribadi. Itulah kondisinya sehingga dibutuhkan kerelaan bagi yang dapat. Dalam perhitungan dari Pusat itu ada, tergantung jumlah pasien dirawat dalam bulan tersebut. Misalnya pasien ada 10 sampai 30 orang ada perhitungan Permenkesnya.

“Sisa 34 orang kekurangannya itu maka akhirnya disepakati, kepada 40 orang yang menerima insentif tersebut untuk berbagi dengan temanya yang tidak dapat,”kata Isna.

Ia menambahkan, ini memang masalah internal. Semisal dapat transferan sebesar Rp 7,5 juta. Contoh dibagian isolasi setiap bulan dapat Rp 7,5 juta. Ada kesepakatan dibagian isolasi diambil Rp 2,5 juta dan dikasihkan kepada temannya yang tidak dapat. Kesimpulannya jangan sampai ada kecemburuan sosial diantara mereka, maka disisipkan untuk berbagai kepada yang tidak dapat insentif.

Manajemen sendiri tetap mengutamakan bagian IGD sebagai garda terdepan menerima pasien, dan mengutakan pula bagian isolasi yang lebih besar dapatnya Rp 5 juta. Namun pihak manajemen bertujuan agar ada keadilan bagi semua.

“Masih bersukur di RSUD H.Boejasin dapat insentif, sementara di RSU lainnya di Kalsel ada yang hanya pembayaran untuk bulan Mei, dan bulan selanjutnya belum tahu. RSUD H Boejasin sudah dibayarkan sampai bulan Agustus, dan untuk bulan September mungkin juga tidak lama lagi dibayarkan. Pada bulan Oktober, November dan Desember akan dapat lagu kucuran dari dana Pusat namun minimalnya pun cuma Rp 2 milliar, otomatis lebih kecil lagi,”tutup Isna.baz

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment